JAKARTA. Harga lahan industri di kawasan Bekasi tercatat paling mahal se-Indonesia. Menurut laporan Colliers International Indonesia, harga reratanya menembus angka US$ 221,10 per meter persegi dengan kurs Rp 13.773. Harga rerata ini diperoleh dari harga terendah US$ 195 per meter persegi, dan tertinggi US$ 254,10 per meter persegi.
Patokan harga tersebut lebih tinggi dibanding harga rerata lahan industri di kawasan populer lainnya sebagai benchmark Indonesia, macam Serang, Tangerang, Bogor, dan Karawang. Tingginya harga lahan industri di Bekasi tak lepas dari pertumbuhan jumlah perusahaan baik domestik maupun multinasional yang beroperasi. Selain itu, fenomena pertambahan jumlah penduduk kelas menengah ikut menstimulasi harga lahan semakin bernilai komersial, untuk tidak dikatakan melangit. "Dalam beberapa kasus, lahan kosong yang dialokasikan untuk keperluan industri bisa berubah menjadi lahan untuk pembangunan perumahan atau properti komersial lainnya," ujar Associate Director Research Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, pekan lalu. Adapun harga rerata lahan industri di Serang mencapai US$ 130,70 meter persegi, Tangerang US$ 141,60 per meter persegi, Bogor US$ 161,60 per meter persegi, dan Karawang US$ 185 per meter persegi. Secara umum, kinerja subsektor kawasan industri sepanjang 2015 menunjukkan kinerja kurang menggembirakan.
Hal ini ditandai dengan minimnya pasokan yang hanya seluas 20 hektare masuk pasar. Terbatasnya pasokan ini, karena harga lahan sudah semakin menjulang akibat masifnya praktik konversi menjadi properti hunian dan komersial. Sementara dari segmen penjualan, tidak lebih baik dari tahun 2014. Total penjualan lahan industri sepanjang 2015 tercatat seluas 347,51 hektar atau 79% lebih rendah dari penjualan tahun sebelumnya. Lima jenis industri yang mendominasi penyerapan lahan ini adalah industri makanan sebesar 31,39%. Disusul industri otomotif 26,56%, material bangunan 7,26%, logistik dan pergudangan 7,17%, dan barang-barang konsumsi 6,62%. (Hilda B. Alexander) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia