JAKARTA. Di awal tahun baru, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) siap menggebrak. Pengembang kawasan industri ini berniat menggeber bisnis perhotelan. Belum lama ini manajemen SSIA menjelaskan, lima tahun mendatang berencana membangun 40 hotel setara bintang tiga. Ini sekaligus mengubah rencana awal, yakni SSIA akan membangun hotel bujet. Manajemen SSIA belum mau membeberkan lebih lanjut mengenai nilai investasi proyek perhotelan. Analis menilai, langkah SSIA memperlebar bisnis ke proyek hotel cukup strategis. "Kini bisnis hotel semakin menarik," kata Reza Nugraha, analis MNC Securities.
Selama ini, hotel bintang tiga mencatatkan okupansi cukup tinggi, yakni 85% sampai 90%, lebih tinggi dibanding hotel bintang lima. Reza menaksir, untuk membangun satu hotel bintang tiga membutuhkan investasi rata-rata Rp 100 miliar. Itu berarti jika SSIA ingin membangun 40 hotel, setidaknya memerlukan dana Rp 4 triliun. Dengan bermain di bisnis hotel, prospek SSIA diprediksi semakin menarik. Ini lantaran permintaan hotel cenderung meningkat. SSIA masuk bisnis hotel di tengah tersendatnya bisnis konstruksi dan infrastruktur. Anak usaha SSIA, PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA), hingga kuartal III 2014 meraih kontrak baru Rp 2,35 triliun, turun 28,79% ketimbang periode sama tahun lalu. Di bisnis hotel, SSIA masih memilih lokasi yang pas. Pada 2014, emiten ini membatalkan pembangunan Batiqa Hotel di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Analis BCA Sekuritas Aurelia Amanda Barus dalam riset pada 21 November 2014 mengatakan, alasan pembatalan itu karena lokasi hotel dinilai kurang strategis. "Meski demikian, SSIA akan mempercepat pengoperasian Batiqa Hotel di Bekasi yang semula ditargetkan tahun 2016 menjadi 2015, " tulis Aurelia. Pada tahun 2015, SSIA menargetkan mengoperasikan tiga unit Batiqa Hotel yang berlokasi di Pekanbaru, Palembang dan Cirebon. Adapun dua hotel lagi, yang berlokasi di Lampung dan Casablanca Jakarta diproyeksikan mulai beroperasi pada 2016. Selain hotel, SSIA fokus menggarap kawasan komersial, yakni Suryacipta Square. Proyek ini baru meluncur pada September 2014. Manajemen SSIA yakin, proyek ini bisa mengerek pendapatan berulang atau recurring income. Suryacipta Square berlokasi di Karawang dengan luas lahan sekitar 6,3 hektare.
Di proyek infrastruktur, SSIA lewat NRCA diperkirakan akan mengoperasikan ruas jalan tol Cikampek-Palimanan di Agustus atau September 2015. Tapi kontribusi bisnis jalan tol belum signifikan di tahun awal. "Untuk tiga tahun pertama, perseroan masih merugi, baru nanti pada tahun 2018 kami melihat mulai mendatangkan keuntungan Rp 65,6 miliar," kata Aurelia. Sedangkan bisnis lahan industri, khususnya di wilayah Jabodetabek, masih menghadapi banyak tantangan. "Salah satunya kenaikan upah buruh yang dianggap cukup tinggi," ungkap Reza. Ini membuat investor enggan berinvestasi di kawasan industri. Reza dan Aurelia merekomendasikan buy SSIA dengan target harga wajar masing-masing Rp 1.260 dan Rp 1.060 per saham. Adapun analis Ciptadana Securities, Eveline Liauw menyarankan hold di Rp 815. Pada Selasa (30/12), harga SSIA turun 0,47% menjadi Rp 1.070 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sandy Baskoro