JAKARTA. Profesor dari Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas Santosa menilai, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak memenuhi janjinya menambah lahan pertanian seluas 7 juta hektar menjadi sekitar 15 juta hektar dari kondisi awal, 7,9 juta hektar. "Di akhir pemerintahannya, yang terjadi justru sebaliknya. Lahan pertanian menyusut dari 7,9 juta hektar menjadi 7,3 hektar," kata Andreas saat diskusi di Cikini, Jakarta, Minggu (27/10). Ia menilai, selama ini ada yang keliru dengan kebijakan pangan di Indonesia. Padahal pangan, kata Andreas, seharusnya menjadi prioritas utama dalam menentukan kebijakan suatu negara. Pemerintah dinilai sering mengambil jalan pintas saat mengalami kendala pangan dengan membuka keran impor.
Lahan pertanian menyusut, SBY dinilai ingkar janji
JAKARTA. Profesor dari Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas Santosa menilai, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak memenuhi janjinya menambah lahan pertanian seluas 7 juta hektar menjadi sekitar 15 juta hektar dari kondisi awal, 7,9 juta hektar. "Di akhir pemerintahannya, yang terjadi justru sebaliknya. Lahan pertanian menyusut dari 7,9 juta hektar menjadi 7,3 hektar," kata Andreas saat diskusi di Cikini, Jakarta, Minggu (27/10). Ia menilai, selama ini ada yang keliru dengan kebijakan pangan di Indonesia. Padahal pangan, kata Andreas, seharusnya menjadi prioritas utama dalam menentukan kebijakan suatu negara. Pemerintah dinilai sering mengambil jalan pintas saat mengalami kendala pangan dengan membuka keran impor.