Lahan rawa jadi penyanggah padi saat El Nino



JAKARTA. El Nino diprediksi akan mengancam produksi pangan tanah air. Namun Kementerian Pertanian (Kemtan) memastikan tidak akan terjadi defisit produksi padi sekalipun El Nino berlangsung. Sebab, Kemtan akan mengoptimalkan lahan rawa sebagai penyanggah produksi padi dari lahan pertanian yang mengalami kekeringan.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbang) Kemtan mencatat akibat dari El Nino moderat, akan ada sekitar 222.847 ha lahan yang mengalami kekeringan. Dari luas lahan tersebut, maka hitungan produktivitas yang terkena dampaknya sebesar 5 ton gabah kering giling (GKG) per ha. Total kehilangan padi sekitar 1 juta ton. Kondisi ini terjadi di seluruh provinsi di Indonesia.

Namun, lewat optimalisasi lahan rawa seluas 509.561 ha sampai 570.000 ha yang berasal dari lahan rawa pasang surut dan lahan rawa lebak, maka ada tambahan baru produksi padi sebesar 2 juta ton GKG hingga 22 juta ton GKG dengan hitungan produktivitas sebesar 4 ton GKG per ha.


Lahan rawa seluas 509.561 ha tersebar di 17 provinsi di Indonesia antara lain: Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Riau dan Papua. "Ini berasal dari lahan rawa eksisting dan sudah dimanfaatkan sejak lama. Biasanya petani mulai menanam pada April dan panen saat September," papar Muhamad Syakir, Kepala Balitbang Kemtan pada Selasa (30/6).

Namun dari total luas lahan rawa yang dioptimalkan saat ini terbilang masih rendah. Sebab total luas lahan rawa potensial untuk pertanian mencapai 19,99 juta ha. Syakir mengakui bahwa masih rendahnya pemanfaatan lahan di areal rawa karena tidak mudah untuk menanam padi dengan kadar air tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie