Lahan tambah luas, tapi rendamen turun



JAKARTA. Pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi gula di dalam negeri. Selain dengan intensifikasi tanaman tebu dan bibit, pemerintah juga mengajak investor melakukan ekstensifikasi perkebunan tebu. Baru-baru ini, Kementerian Pertanian (Kementan) mendapat komitmen pembukaan lahan perkebunan tebu hasil kerjasama dua investor swasta dengan pemerintah daerah.

Wakil Menteri Pertanian, Bayu Krisnamurthi menyebutkan, kerjasama tersebut menyepakati pendirian pabrik gula (PG) dan pembukaan lahan baru. Investor yang menanamkan investasinya adalah PT Putra Giri Manis yang menjalin kerjasama dengan Pemkab Purbalingga. Investor lainnya, PT Gendhis Multi Manis menggandeng Pemkab Blora.

Bayu menjelaskan, lahan baru yang sesuai itu mencapai luas 20.000 ha. Adapun secara lebih rinci, lokasi kebun tersebut ada di Kabupaten Blora seluas 12.000 hektare, di Kabupaten Purbalingga seluas 4.500 ha, di Banjarnegara seluas 1.500 ha dan di Kabupaten Banyumas seluas 2.000 ha. "Target produksinya tahun 2013," kata Bayu (18/1).


Arum Sabil, Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), menyambut baik langkah pemerintah yang terus mengupayakan perluasan lahan tebu tersebut. Tetapi, ia meminta perluasan lahan perkebunan itu segera direalisasikan. "Jangan sampai pabrik mencari alasan mengimpor gula mentah karena tidak ada panen tebu," kata Arum (20/1).

Arum memperkirakan, penambahan lahan tebu masih terjadi karena harga tebu terus membaik. Kemarin, misalnya, harga lelang gula petani Rp 9.300 per kilogram (kg).Berdasarkan hitungan APTRI, luas lahan perkebunan tebu tahun ini akan mencapai 465.000 ha. Ini lebih luas dibandingkan dengan lahan kebun tebu tahun 2010 yang seluas 435.000 ha.

Pemerintah berkomitmen menambah luas lahan perkebunan tebu 350.000 ha mulai 2009 sampai 2014 nanti. Tujuannya adalah agar bisa swasembada gula, yaitu dengan target produksi 5,7 juta ton pada tahun 2014.

Untuk mencapai target luasan lahan itu, pemerintah tidak lagi berharap dari wilayah pulau Jawa, tapi melirik sampai ke pulau lain. Bahkan, lahan baru yang terbesar untuk perkebunan tebu itu berada di Merauke, Papua dengan total luas lahan 300.000 ha.

Rendemen gula turun

Selain penambahan lahan, yang tampaknya harus diperbaiki adalah masalah penurunan rendemen tebu. Tahun lalu, misalnya, curah hujan yang tinggi sepanjang tahun membuat rendamen tebu turun menjadi sekitar 6% dari sekitar 7%-8%. Penurunan tersebut akibat tingginya kandungan air dalam daging tebu. Tanaman tebu memerlukan panas agar kandungan gulanya tinggi. "Lahan memang bertambah, tapi produktivitas turun," ungkap Arum.

Petani tebu memang sangat berkepentingan dengan angka rendemen gula. Soalnya, kata Arun, makin tinggi rendemen saat tebu digiling di pabrik gula, maka semakin besar pula bagian yang mereka terima.

Misalnya, jika rendemen gula hanya 6%-7%, maka porsi gula yang menjadi bagian petani hanya 66% dari hasil panen. Sisanya 34% jadi jatah pabrik gula. Jika rendemen 7%-8%, petani akan mendapat jatah gula 68%, dan pabrik mendapatkan jatah 32%. Jika rendemen 8%, maka bagian petani dalam bagi hasil gula yang digiling di pabrik menjadi 70%, dan 30% menjadi bagian pabrik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini