Lahan tebu menyusut, produksi gula 2015 melorot



JAKARTA. Produksi gula Indonesia menunjukkan tren penurunan dari tahun ke tahun. Penurunan produksi seiring semakin menyusutnya lahan tebu dan enggannya petani gula menanam tebu, lantaran harga gula terus turun.

Senior Advisor Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Yadi Yusriyadi memproyeksi produksi Gula Kristal Putih (GKP) turun pada kisaran 2,54 juta ton, sedikit lebih rendah dari produksi 2014 yang mencapai 2,58 juta ton. "Penurunan akan terus terjadi bahkan turun signifikan pada 2016 dan seterusnya bila pemerintah tidak mengambil kebijakan yang mendukung industri gula," ujarnya, Selasa (13/1).

Yadi menjelaskan, harga lelang yang rendah selama tahun 2014 telah  menurunkan minat petani menanam tebu. Sementara ekspansi areal oleh petani gula baru tidak terlalu signifikan. Malahan areal tanam tebu diperkirakan menurun sekitar 3,4%, menjadi sekitar 460.000 hektare (ha) dari saat ini seluas 276.000 ha.


Di sisi lain adanya perkiraan musim kemarau lebih awal akibat anomali iklim elnino ikut menghambat pertumbuhan tebu. Hal itu  mengakibatkan produktivitas gula akan menurun dari 70,8 ton per ha menjadi 68,7 ton per ha. Sedangkan untuk rendemen gula akan meningkat sekitar 5% dari 7,64% menjadi 8,02%.

Menurut Yadi, sepanjang 2014 harga lelang gula dan eceran di pasar domestik terus menurun. Walau harga patokan petani (HPP) telah ditingkatkan menjadi Rp 8.500 per kilogram (kg), namun harga dipasaran hanya sekitar Rp 8.025 per kg. Tinggi stok gula pada bulan November-Desember 2014 yakni 1,5 juta ton membuat harga gula terus tertekan.

Dengan stok sebanyak itu, AGI meminta pemerintah tidak lagi mengimpor gula konsumsi  baik berupa GKP maupuan raw sugar. Stok gula ini diperikan dapat memenuhi keperluan konsumsi dalam negeri selama enam bulan ke depan. 

Direktur Eksekutif AGI Tito Pranolo menambahkan, selain harga gula yang merosot, beban produksi gula pada 2015 diperkirakan meningkat 10%. Kenaikan biaya produksi disebabkan karena ada peningkatan biaya transportasi, terutama untuk biaya tebang muat angkut yang naik 25%.

Untuk itu AGI meminta pemerintah melakukan upaya nyata agar harga gula lebih baik. Pemerintah harus mendorong agar harga lelang gula dapat menutupi biaya produksi. "Perlu pengendalian impor raw sugar dan pengawasan distribusi gula rafinasi," terangnya.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa