Laju anjlok IHSG kemarin merupakan yang terburuk sejak akhir 2016



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Senin (13/8) perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) benar-benar dilanda "banjir bandang". Di ujung hari perdagangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambrol 215,93 poin (-3,55%), sebelum mendarat di angka 5.861,25.

LQ45, indeks saham dengan konstituen saham-saham berkapitalisasi pasar terbesar dan terlikuid, juga longsor. Rontok 39,85 poin (-4,14%), LQ45 tersangkut di 923,23.

Meski bursa saham kita terbilang fluktuatif, sesungguhnya jarang IHSG anjlok hingga di lebih dari 3% dalam sehari. Dengan penurunan sedalam 3,55% dalam sehari, maka Senin kemarin tercatat sebagai "hari terburuk" bagi indeks utama di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu terhitung selama 1,5 tahun terakhir.


Laju penurunan IHSG harian terburuk sebelum ini terjadi pada 11 November 2016. Saat itu indeks longsor sedalam 218,33 poin, anjlok dari 5.450 ke 5.232 alias minus 4,01%. Total net sell asing pada hari itu mencapai Rp 2,5 triliun.

Sebelumnya lagi, penurunan IHSG parah terjadi pada 24 Agustus 2015. Ketika itu IHSG minus 3,97% dalam sehari; anjlok dari 4.336 ke 4.164.

Jika benar longsornya IHSG kemarin lebih karena terpicu kabar krisis keuangan di Turki, ambrolnya IHSG pada November 2016 juga tak lepas dari faktor asing. IHSG jatuh dua hari setelah Presiden AS Donald J. Trump memenangi pemilihan pada 8 November 2016.

Tanggal IHSG IHSG prev %
08-Oct-08 1.452 1.620 -10,37
06-Oct-08 1.649 1.833 -10,04
22-Sep-11 3.369 3.697 -8,87
19-Aug-13 4.314 4.569 -5,58
11-Nov-16 5.232 5.450 -4,00
24-Aug-15 4.164 4.336 -3,97
04-Jun-12 3.655 3.800 -3,82
05-May-10 2.846 2.959 -3,82
18-Jun-09 1.951 2.025 -3,65
10-Apr-14 4.766 4.921 -3,15
Memang, Harian KONTAN edisi 12 November 2018 menulis anjloknya bursa waktu itu diawali dengan penurunan kurs rupiah terhadap dollar AS yang turun sampai 1,86%. Namun, penurunan kurs rupiah sendiri terpicu oleh ketidakpastian global akibat kemenangan Trump yang tak terduga.

Waktu itu pasar global khawatir bunga Fed Fund bakal naik. Pasar global juga sudah mulai gelisah menanti kebijakan perdagangan AS di bawah presiden AS yang baru.

Kini kita sama-sama tahu, kekhawatiran dan kegelisahan global waktu itu tidak mengada-ada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hasbi Maulana