Laju bursa dibayangi reshuffle kabinet



JAKARTA. Isu perombakan kabinet jilid II nampaknya bakal mewarnai transaksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhir Juli ini. Hasil reshuffle kabinet tentu bisa mempengaruhi IHSG di bulan selanjutnya Agustus.

Sejarah mencatat, bulan Agustus adalah masa koreksi IHSG. Sejak 2007, rata-rata IHSG mencetak pertumbuhan negatif di bulan Agustus itu. Dalam sembilan tahun terakhir, ada enam tahun, IHSG mencatatkan penurunan, bahkan lebih dari 5%.

IHSG yang saat ini menanjak ke 5.224,39 diperkirakan juga mengalami fase koreksi di Agustus. Ini bisa menjadi momentum baik bagi investor untuk mencermati beberapa saham pilihan.


David Sutyanto, analis First Asia Capital, menilai, kenaikan IHSG sudah tinggi. Sejauh ini, emiten perbankan yang mengerek IHSG menembus 5.200. Tapi laporan keuangan beberapa emiten bank di semester I-2016 dinilai mengecewakan, sehingga IHSG berpotensi terkoreksi.

Analis UOB Kay Hian Stevanus Juanda, dalam risetnya, Selasa (26/7), menilai, rata-rata return di Agustus sepanjang sembilan tahun belakangan tercatat negatif 3,8%. Di sisi lain, kinerja emiten di kuartal II-2016 tak terlihat kuat. Pada kuartal I-2016, rata-rata laba bersih emiten turun 5,4% yoy.

Sementara tax amnesty yang baru efektif sejak 18 Juli 2016 diperkirakan baru berdampak pada kinerja kuartal III-2016. Sehingga, kinerja emiten kuartal II mungkin tak merefleksikan kenaikan IHSG belakangan ini.

"Di Agustus, kami masih lihat laporan keuangan emiten akan berdampak pada IHSG," ujar dia.

David juga mengatakan, kinerja emiten di kuartal kedua biasanya cenderung tertekan.sehingga, IHSG bisa terkoreksi. Meski begitu, IHSG sulit kembali ke bawah 5.000. "Dana asing diperkirakan masih masuk, menahan koreksi IHSG secara tajam," ujar dia.

Dengan proyeksi itu, ada baiknya trader mempersiapkan diri melakukan speculative buy. David menyarankan mulai mencari saham tambang batubara. Ia merekomendasikan buy PTBA, ADRO, ITMG dan ASII. Untuk saham perbankan, David menyarankan profit taking.

Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, menilai, hasil reshuffle akan menentukan arah bursa. Jika reshuffle tepat sasaran, pasar saham akan bergairah. Jika pilihannya berdasarkan kompromi partai, pasar bisa berbalik arah.

Berbeda dengan David, Satrio justru menyarankan tetap menyimpan saham perbankan karena bisa terdorong perbaikan pertumbuhan ekonomi kuartal II. Saham pilihannya: BBRI, BBCA, BMRI, BBNI, PTBA, ADRO, INCO dan PTPP.

"Agustus akan masuk fase konsolidasi dengan level psikologis 5.000 yang menjadi support kuat," ujar dia.

Menurut Stevanus, ada beberapa kategori saham yang akan kena dampak jangka pendek dari koreksi Agustus. Pertama, saham yang memiliki utang terhadap ekuitas di atas 70%, dengan potensi upside kurang dari 10%, misal JPFA, SMCB dan ASRI.

Kedua, saham berbeta tinggi dan potensi kenaikan terbatas, antara lain: WINS, JPFA, CTRS dan ASII. Ketiga, saham yang ditransaksikan dengan price earning ratio (PER) tahun 2017 di atas 25 kali, akan kena dampak koreksi jangka pendek, seperti UNVR, SILO, KLBF dan MEDC.

Di antara saham itu, Stevanus merekomendasikan buy WINS, JPFA, CTRS, ASRI dan SILO. Ia meyakini, di akhir tahun, IHSG bisa 5.500. "Kami masih optimis, setelah Agustus, IHSG akan melanjutkan tren positifnya," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie