Laju emas terjegal data inflasi AS



KONTAN.CO.ID - Laju harga emas tersendat pada perdagangan Jumat (15/9). Emas kontrak pengiriman Desember 2017 di Commodity Exchange pukul 17.45 WIB, turun 0,08% ke level US$ 1.328,20 per ons troi.

Nyatanya, meski di hari yang sama Korea Utara kembali meluncurkan misil melintasi Jepang, harga emas tidak bergerak signifikan. Ini terjadi menyusul kondisi dollar AS yang cukup solid, karena data ekonomi Amerika Serikat (AS) cukup apik.

Padahal, pada Jumat (8/9) lalu, emas mencetak level tertinggi setahun di US$ 1.351,20 per ons troi.


"Rupanya pasar mengabaikan aksi rudal Korea Utara dan lebih fokus pada keluarnya data inflasi dan data ketenagakerjaan AS yang membaik," kata Alwi Assegaff, Analis Global Kapital Investama Berjangka, Jumat (15/9).

Alwi menjelaskan, kemungkinan terjadinya kenaikan suku bunga The Fed bisa menjadi sentimen negatif bagi harga emas. Data inflasi yang naik melebihi ekspektasi mendukung kenaikan suku bunga acuan AS. Inflasi Paman Sam bulan Agustus naik 0,4% dari bulan Juni yang hanya tumbuh 0,1%.

"Dengan naiknya angka inflasi tersebut maka optimisme atas kenaikan bunga The Fed pada akhir tahun nanti kembali muncul," kata Alwi.

Kemungkinan kenaikan FFR semakin terang didukung data ketenagakerjaan Amerika yang membaik. Angka klaim pengangguran turun menjadi 284.000 dari posisi sebelumnya 298.000. "Solidnya data ketenagakerjaan dan inflasi semakin meningkatkan ekspektasi suku bunga The Fed akan naik di akhir tahun," kata Alwi.

Dengan kencangnya peluang kenaikan bunga AS, membuat sentimen rudal Korut yang biasanya menyokong emas sebagai aset lindung nilai, justru tidak berdampak.

Namun, Alwi mengatakan, peran emas sebagai safe haven bukan berati tidak akan muncul, melainkan belum muncul karena belum adanya reaksi dari negara-negara yang bersinggungan dengan Korea Utara seperti AS, Jepang, dan Korea Selatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini