Laju harga batubara diprediksi tak bertahan lama



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas batubara kian perkasa. Sempat diramalkan sulit menembus level US$ 100 per metrik ton, namun kini harga komoditas energi ini menembus level US$ 100 per metrik ton pada pekan ini. Hingga Selasa (1/5), harganya konsisten bergerak di kisaran US$ 100,10.

Meski demikian, penguatan ini diramalkan tidak akan bertahan lama, lantaran kondisi fundamental yang sebenarnya tidak cukup kuat.

Analis PT Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menyebut, penggunaan energi terbarukan di negara-negara maju masih menjadi ancaman utama yang dapat menahan laju harga batubara. Negara-negara Eropa dan Rusia masih akan terus menggenjot produksi energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhannya.


Memang, dari segi permintaan, batubara masih sangat dibutuhkan oleh negara-negara Asia seperti Jepang, Korea Selatan, Vietnam, dan terutama China. "Pembangkit listrik secara global 70% nya masih memanfaatkan batubara dan dominasinya di Asia," ujar Deddy, Selasa (1/5).

Namun, seperti yang diketahui, saat ini China tengah terus mengurangi pemakaian batubara dan menggantikannya dengan gas alam sebagai bahan baku pembangkit listrik. Tahun 2020, China mengharapkan pembangkit listriknya sudah menggunakan gas alam seluruhnya. "Artinya, tingkat permintaan berpotensi semakin turun karena China termasuk yang paling tinggi kebutuhannya selama ini, papar Deddy.

Selain itu, harga batubara juga masih dibayangi dengan kondisi oversupply. Negara produsen seperti Indonesia dan Australia, dinilai Deddy, masih akan terus menambah produksi. "Memang, suplai masih akan diserap negara-negara yang membutuhkan, khususnya di Asia. Tapi, saat mereka merasa cadangan sudah terpenuhi, maka oversupply berpotensi terjadi," ujarnya.

Untuk itu, Deddy berpendapat, posisi harga batubara saat ini tidak akan bertahan lama hingga akhir tahun. Secara teknikal, ia menganalisis harga memang masih bergulir di atas garis moving average (MA) 50, 100, dan 200. Indikator moving average convergence divergence (MACD) juga masih berada di teritori positif.

Namun, indikator stochastic dan RSI sudah berada masing-masing di level 97 dan 77. Kedua indikator tersebut menunjukkan kondisi jenuh beli alias overbought sehingga harga berpeluang untuk terkoreksi.

Deddy memproyreksi, Kamis (3/5), harga batubara akan berada di kisaran US$ 99,44-US$ 100,45 per metrik ton. Sementara, hingga akhir pekan ini, harga akan berada dalam rentang US$ 98,67-US$ 100,56.

Sedangkan, Wahyu Tribowo Laksono, analis Central Capital, masih merekomendasikan beli komoditas batubara, meski ia juga melihat adanya potensi koreksi harga.

Ia memprediksi, besok harga akan bergerak dalam rentang support 99,50 - 99,00 - 98,40 dan resistance 101 - 101,50 - 102. Sementara, dalam pekan ini, ia menebak harga batubara masih akan berada di kisaran US$ 95-US$ 104 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini