KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan permintaan batubara secara global memukul harga komoditas energi ini sepanjang kuartal pertama 2018. Harga emas hitam ini merosot 4,7%. Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Kamis (29/3), harga batubara kontrak pengiriman Mei 2018 di ICE Future Exchange di posisi US$ 90,90 per metrik ton. Harga ini turun dibandingkan akhir tahun lalu di posisi US$ 95,35 per metrik ton. Deddy Yusuf Siregar, analis PT Asia Tradepoint Futures, berpendapat, sejatinya koreksi yang terjadi pada harga batubara di kuartal pertama tahun ini masih lebih baik dibanding tahun sebelumnya. "Kuartal pertama tahun 2017, harga batubara turun sampai 8%," ujarnya, (4/4).
Kecenderungan negara-negara Asia beralih pada sumber energi terbarukan membuat permintaan terhadap batubara menurun. Di China, Deddy menjelaskan, pemerintah mulai mewajibkan 15% dari total pembangkit listrik independen untuk menggunakan energi gas alam hingga 2020 mendatang. India juga tengah berupaya meningkatkan pasokan gas alam agar penggunaannya dapat mencapai 10 juta rumah tangga pada 2019 nanti. Sementara di Korea Selatan, ada lima pembangkit listrik berbahan bakar batubara yang sedang dalam masa penangguhan mulai Maret hingga Juni 2018. "Kebijakan ramah lingkungan di Asia ini tentu menjadi sentimen negatif bagi laju harga batubara ke depan," kata Deddy. Memasuki kuartal kedua, Deddy melihat, harga batubara masih rentan terhadap tekanan. Isu perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China berpotensi memberi dampak pada pertumbuhan ekonomi global. Akibatnya, harga komoditas pun akan terkena imbasnya.