JAKARTA. Penurunan stok minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di Malaysia yang lebih sedikit dari perkiraan memicu sentimen negatif bagi pasar minyak sawit. Efeknya, harga CPO rontok. Meski begitu, koreksi ini disinyalir hanya sementara, sebab secara umum pasar CPO masih diselimuti sentimen positif. Mengutip Bloomberg, Kamis (10/3) pukul 17.15 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Mei 2016 di Malaysia Derivative Exchange turun 0,55% ke level RM 2.543 per metrik ton atau setara US$ 621,77 per metrik ton. Namun, sepekan terakhir, harga masih naik sekitar 1,67%. Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, meski badai El-Nino terjadi pada tahun lalu, namun pengaruhnya tak sesignifikan perkiraan. Stok minyak sawit Malaysia masih terbilang tinggi. Malaysia Palm Oil Board (MPOB) melaporkan, cadangan CPO per Februari turun 6,1% ke level 2,17 juta ton. Penyusutan stok tidak sebesar yang diharapkan. Sebelumnya, pasar menduga stok akan turun hingga level 2,11 juta ton. Belum lagi, ringgit Malaysia menguat akibat pelemahan dollar AS. "Penguatan ringgit jelas jadi penjegal laju harga CPO yang diperdagangkan dengan mata uang negeri Jiran itu," papar Ariston. Selain itu, menurut Ariston, yang harus diwaspadai adalah pergerakan harga minyak kedelai. Dengan masih rendahnya harga minyak kedelai bisa menjadi penggerus harga CPO. Meski demikian, Ariston memperkirakan, fundamental permintaan CPO masih cukup kuat. "Sehingga, ada peluang harga CPO untuk kembali naik," proyeksinya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Laju harga CPO terjegal isu stok
JAKARTA. Penurunan stok minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di Malaysia yang lebih sedikit dari perkiraan memicu sentimen negatif bagi pasar minyak sawit. Efeknya, harga CPO rontok. Meski begitu, koreksi ini disinyalir hanya sementara, sebab secara umum pasar CPO masih diselimuti sentimen positif. Mengutip Bloomberg, Kamis (10/3) pukul 17.15 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Mei 2016 di Malaysia Derivative Exchange turun 0,55% ke level RM 2.543 per metrik ton atau setara US$ 621,77 per metrik ton. Namun, sepekan terakhir, harga masih naik sekitar 1,67%. Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, meski badai El-Nino terjadi pada tahun lalu, namun pengaruhnya tak sesignifikan perkiraan. Stok minyak sawit Malaysia masih terbilang tinggi. Malaysia Palm Oil Board (MPOB) melaporkan, cadangan CPO per Februari turun 6,1% ke level 2,17 juta ton. Penyusutan stok tidak sebesar yang diharapkan. Sebelumnya, pasar menduga stok akan turun hingga level 2,11 juta ton. Belum lagi, ringgit Malaysia menguat akibat pelemahan dollar AS. "Penguatan ringgit jelas jadi penjegal laju harga CPO yang diperdagangkan dengan mata uang negeri Jiran itu," papar Ariston. Selain itu, menurut Ariston, yang harus diwaspadai adalah pergerakan harga minyak kedelai. Dengan masih rendahnya harga minyak kedelai bisa menjadi penggerus harga CPO. Meski demikian, Ariston memperkirakan, fundamental permintaan CPO masih cukup kuat. "Sehingga, ada peluang harga CPO untuk kembali naik," proyeksinya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News