Laju harga tembaga terjegal dollar AS



JAKARTA. Harga tembaga turun dalam kurun tiga hari terakhir. Penurunan terjadi pasca anjloknya data impor metal China ke posisi terendah dalam 4 tahun.

Mengutip Bloomberg, Senin (9/3) pukul 1:27 waktu Hongkong, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange turun 0,3% ke US$ 5.730 per metrik ton. Harga ini turun sepekan 2,97% dalam sepekan terakhir.

Anjloknya impor China juga mempengaruhi terhadap permintaan tembaga yang bakal lesu di Negara tersebut. Adapun data impor logam China pada Februari  merosot 23% jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.


Ibrahim, Analis dan Direktur Equilibrium Komoditi Berjangka, mengatakan kondisi penurunan impor logam di China mengindikasi kebutuhan industri dalam negeri China yang sedang bermasalah karena adanya perlambatan ekonomi.

Sebelumnya, disepakati bahwa pertumbuhan ekonomi China sebesar 7% tahun ini. Namun menurut pelaku pasar pertumbuhan ekonomi China masih akan melambat.  Ke depannya Ibrahim menilai potensi menguatnya harga tembaga sangatlah tipis.

Adanya stimulus mini yang di gelontorkan oleh Bank Sentral China belum bisa menutupi pertumbuhan ekonomi China apalagi yang bersamaan dengan berkembangnya spekulasi kenaikan suku bunga The Fed.

Harga tembaga juga akan makin tertekan akibat penguatan dollar AS dan Indeks Dollar AS. Untuk diketahui harga tembaga saat ini sangat rentan terhadap indeks dollar. ““Kalau indeks dollar AS sudah tinggi harapan harga menguat sangat tipis,” kata Ibrahim. 

Menurutnya indeks dollar semakin kuat lantaran Bank Sentral China yang sudah  menurunkan  suku bunga sebanyak 3 kali sejak Januari,  mengakibatkan pelaku pasar merasa pesimis terhadap pertumbuhan ekonomi di China. “Indeks dollar AS diuntungkan karena masalah tersebut,” kata Ibrahim.

Perlu diketahui indeks dollar kemarin (9/3) berada diposisi 97,71, angka tersebut menguat tajam di banding bulan lalu. Ibrahim menduga, indeks dollar AS akan tembus ke level 100 dalam waktu dekat.

“Kemungkinan besar waktu Maret-April akan indeks dollar di level 100 akan tercapai, sehingga mengakibatkan harga komoditas termasuk tembaga kembali akan terjungkal,” jelas Ibrahim.

Kemungkinan tren menurunnya harga tembaga juga di perkuat dengan analisis teknikal. Ibrahim mengatakan moving average (MA) posisinya 30%  di atas Bollinger bawah. Begitu pula Stochastik masih di posisi 60% negatif. Sementara itu relative strength index (RSI) dan moving average convergence divergence (MACD) 60% negatif.

“Kelima indikator tersebut menunjukkan negatif, sehingga secara teknikal harga tembaga masih akan turun,”  kata Ibrahim.

Ibrahim menduga Selasa (10/3) harga tembaga akan bergulir di angka US$ 5.630 – US$ 5. 755 per metrik ton. Sementara itu, sepekan mendatang harga tembaga US$ 5.540 – US$ 5.730.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto