Laju harga timah menopang kinerja TINS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga timah di pasar global yang terus melaju bakal kembali menopang kinerja PT Timah Tbk (TINS). Tahun lalu, kinerja perusahaan tambang pelat merah ini mengkilap berkat harga timah di pasar spot yang melesat tinggi. Hingga kuartal III 2017, penjualan TINS melejit 41,47% menjadi Rp 6,62 triliun.

Memang, Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Yuni bilang, tren kenaikan harga timah berpeluang memberi sentimen positif bagi kinerja TINS. Cadangan timah yang menipis dari dua negara produsen utama, Myanmar dan Indonesia, membuat laju harga timah tak terkendali.

Belum lagi, permintaan timah untuk produk elektronik terus bertambah tiap tahun. Harga timah dunia diperkirakan akan tetap stabil di atas US$ 21.000 per metrik ton, kata Yuni, Senin (5/2).


Informasi saja, Jumat (2/2), harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik 0,61% ke level US$ 21.530 per metrik ton. Bahkan, harganya sempat menyentuh level tertinggi sejak 2014 silam, di posisi US$ 21.925 per metrik ton.

Ini yang membuat Yuni optimistis, kinerja TINS di 2018 bakal mentereng. Dia menghitung, pendapatan BUMN ini bisa menyentuh Rp 12,14 triliun, dengan laba bersih di kisaran Rp 683 miliar.

Selain harga timah yang menguat, dorongan juga datang dari aksi TINS melakukan pembukaan tambang darat di Bangka Belitung. Peningkatan kapasitas produksi tentu akan mendorong volume penjualan perusahaan yang berdiri 1968 silam ini. Nah, dengan volume penjualan dan harga jual yang meningkat, maka bisa mendorong pendapatan TINS.

Namun, TINS tetap harus waspada pada rencana Federal Reserve yang menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali di tahun ini. Jika bank sentral Amerika Serikat (AS) merealisasikan rencana itu, harga komoditas termasuk timah berpotensi tertekan.

Analis Danareksa Sekuritas Stefanus Darmagiri mengatakan, rencana TINS mengerek produksi sebesar 15%20% menjadi 36.705 ton pada tahun ini tak akan menjadi beban, mengingat kebutuhan timah dunia lebih besar. Pasokantimah global masih minim karena produksi dari Myanmar terbatas, imbuh dia.

Asosiasi Timah Internasional (IRTI) memperkirakan, pasokan timah global tahun ini masih defisit sekitar 5.00010.000 metrik ton. Sedangkan dari sisi permintaan naik 1,6% dibanding tahun lalu.

Terkait rencana pengoperasian pabrik fuming yang mengubah kerak timah menjadi timah batangan pada kuartal II 2018, aksi ini bisa mendongkrak kinerja TINS. Apalagi, dengan tingkat mencapai 96,5%, teknologi baru itu berpotensi meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan itu. Kalau diproses bisa memaksimalkan pendapatan, ujar Stefanus.

Fokus anak usaha

Sementara Analis UOB Kay Hian Andre Suntono menyoroti rencana TINS yang ingin meningkatkan pendapatan dari lini bisnis di luar timah. Salah satunya, keinginan perusahaan itu mengekspor bahan kimia timah ke AS.

Keseriusan TINS ini terlihat dari pembentukan perusahaan patungan dengan korporasi asal China, Yunan Tin, yang merupakan salah satu produsen timah terbesar di dunia. Keduanya berniat mengembangkan pabrik pengolahan bahan kimia timah.

Hingga kuartal III 2017, lini bisnis ini memberikan pemasukan sebesar Rp 529,83 miliar. TINS juga akan meningkatkan produksi bahan kimia timah dari 2.000 ton menjadi 5.000 ton, papar Andre.

TINS juga menggenjot bisnis rumahsakit dan properti miliknya. Bahkan, mereka menargetkan, dalam lima tahun mendatang, kedua lini bisnis ini bisa memberikan kontribusi hingga 40% dari pendapatan perusahaan.

Kini, TINS memiliki empat rumahsakit di Bangka Belitung dengan kapasitas keseluruhan 125 tempat tidur. Untuk bisnis properti, mereka sudah membangun kawasan residensial di atas lahan seluas 15 hektare di Bekasi.

Karena itu, Yuni merekomendasikan beli saham TINS, dengan target harga Rp 1.210 per saham. Serupa, Stefanus juga menyarankan beli saham BUMN tambang ini dan memasang target harga sebesar Rp 1.100 per saham. Analis Samuel Sekuritas Sharlita Malik juga merekomendasikan buy saham TINS pada harga Rp 1.200 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini