KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi ekonomi dalam negeri yang masih belum terlalu stabil masih menghalangi laju kredit modal kerja industri perbankan. Namun sejumlah bankir masih optimis kredit modal kerja bakalan bertumbuh. Direktur Utama Bank Mayapada Tbk Haryono Tjahjarijadi mengatakan, sekitar 85% hingga 90% dari total kredit perseroan ini masuk dalam segmen kredit modal kerja. Namun permintaan terhadap kredit ini memang belum terlalu deras. Haryono menjelaskan bahwa masih lambatnya pertumbuhan kredit modal kerja lantaran sangat tergantung dengan kondisi ekonomi riil. Namun ia mengklaim, banknya masih mencatatkan pertumbuhan. "Per Juni 2018 secara tahunan masih tumbuh antara 11% sampai 12% untuk kredit modal kerja, kebanyakan di sektor perdagangan," ungkapnya.
Haryono yakin, sampai dengan akhir tahun kredit modal kerja masih dapat didorong untuk tumbuh setidaknya dua digit. Hal ini lantaran jumlah penyaluran kredit Bank Mayapada ke segmen ini terbilang masih kecil. Artinya, masih terdapat ruang yang cukup besar bagi Bank Mayapada menggenjot pertumbuhan. Sampai bulan Juni 2018 lalu, perseroan sudah menyalurkan kredit sebesar Rp 60,85 triliun. Jumlah ini meningkat 18% dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp 51,55 triliunsecara
year on year (yoy). Sementara Bank Jawa Timur Tbk (Jatim) juga merasakan pertumbuhan kredit modal kerja masih belum terlalu kencang. Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Satyagraha menyebutkan pada semester I 2018 praktis kredit konsumsi Bank Jatim naik lebih tinggi, diikuti oleh kredit modal kerja. Kendati demikian, menurutnya, hal tersebut masih wajar, lantaran pada semester II 2018 permintaan kredit modal kerja akan mulai kencang. "Untuk jangka waktu di bulan Juni dan Desember akan ada persentase kenaikan di modal kerja. Terutama terkait proyek pembangunan di daerah," katanya Minggu (5/8). Ferdian juga menilai, walaupun saat ini tren suku bunga tengah naik masih optimistis hal tersebut tak akan menganggu permintaan kredit modal kerja. Porsi kredit modal kerja di bank pembangunan daerah (BPD) ini masih terbilang tipis, yaitu sebesar 22% per Juni 2018 dari total kredit. Jumlah ini meningkat dibandingkan porsi pada bulan Desember 2017 yang hanya sebesar 20,7%. Bank berkode saham emiten BJTM di Bursa Efek Indonesia ini memproyeksikan, pada akhir tahun 2018, porsi kredit modal kerja akan naik hingga ke 23%. Sampai Juni 2018 Bank Jatim membukukan kredit sebesar 5,34% yoy menjadi Rp 32,11 triliun. Hingga akhir tahun nanti Ferdian masih tetap optimistis, kredit modal kerja akan mampu terkerek naik hingga ke level 10,65% yoy.
Sampai dengan separuh pertama tahun 2018, Bank Indonesia (BI) mencatat kredit modal kerja masih menjadi penyumbang terbesar kredit dalam negeri, sebanyak 46,65%, dari total penyaluran kredit per Juni 2018. Adapun, sampai semester I 2018 kredit modal kerja tumbuh meningkat 11% menjadi Rp 2.329,4 triliun. Jumlah ini memang lebih tinggi dibandingkan kenaikan di bulan Mei 2018 yang tumbuh 10,4% dan periode Juni 2017 yang memang hanya tumbuh 6,9%. BI mencatat, kenaikan kredit modal kerja ini secara industri, terutama disebabkan oleh akselerasi bank dalam penyaluran pada beberapa sektor. Seperti industri perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie