JAKARTA. Pelambatan ekonomi mulai berdampak pada pengucuran kredit perbankan. Sesuai imbauan Bank Indonesia (BI), perbankan mulai mengerem pengucuran kredit. Terbukti, pertumbuhan kredit di bulan Agustus 2013 mulai melambat. Bank sentral mencatat, pada akhir Agustus 2013, kredit perbankan mencapai Rp 3.082 triliun. Penyaluran kredit tersebut tumbuh 22% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 2.572,98 triliun.
Pertumbuhan kredit di bulan Agustus tercatat lebih rendah ketimbang pertumbuhan di bulan sebelumnya. Per Juli 2013, kredit perbankan tumbuh 22,3% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Adapun, rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross Agustus 2013 terjaga di 1,9%. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Difi A. Johansyah, mengatakan penurunan kredit yang terjadi pada bulan Agustus sejalan dengan pelambatan pertumbuhan ekonomi. BI memproyeksikan, pertumbuhan kredit hingga akhir tahun 2013 akan terus melambat. Maklum, pertumbuhan ekonomi juga melambat. BI merevisi target pertumbuhan ekonomi menjadi 5,5%-5,9% pada akhir tahun 2013, dari target sebelumnya 5,8%-6,2%. Direktur Utama Bank Windu Kentjana, Luianto Sudarmana, menilai pelambatan laju kredit akibat kenaikan suku bunga acuan alias BI rate. Selain itu, Vice President Head of Corporate Funding & Government Bank CIMB Niaga, Erwina Wigneswara, mengatakan penurunan kredit juga disebabkan pelemahan nilai tukar rupiah. Karena rupiah terdepresiasi, kegiatan ekspor menurun sehingga permintaan kredit ekspor ikut turun. Sehingga, "Pertumbuhan kredit melambat," kata Erwina. Laba bank akan menurun Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Dody Arifianto, mengatakan penurunan kredit akan akan menekan pendapatan laba bank pada akhir tahun 2013. Pasalnya, bunga simpanan naik lebih awal. Sedangkan bunga kredit baru naik dua bulan-tiga bulan setelah bunga simpanan naik. Alhasil, biaya dana alias cost of fund bank bengkak. Dody memperkirakan, rata-rata margin bunga bersih atawa net interest margin (NIM) perbankan tidak akan mencapai di atas 5% hingga akhir tahun. BI mencatat, rasio NIM mulai menurun dari Januari 2013 sampai Juni 2013. Di Januari 2013, NIM perbankan masih sebesar 5,53%. NIM perbankan terus menurun pada bulan-bulan berikutnya. Per Juni lalu, NIM perbankan berada di level 5,43%.
Difi menambahkan, BI mendukung penurunan kredit agar pengucuran kredit stabil. Karena itu, bank yang masih mencatat pertumbuhan kredit tinggi harus membikin supervision action yang dilaporkan ke pengawasan perbankan BI. Laporan ini untuk memantau pertumbuhan kredit perbankan. "Kami akan meminta dia berhati-hati menyalurkan kredit agar likuiditas mereka terjaga," kata Difi. Laporan supervision action itu berlaku untuk seluruh bank. Tidak hanya untuk 10 bank yang memiliki pertumbuhan kredit tinggi. Adapun, sektor kredit yang akan diawasi adalah kredit impor. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: A.Herry Prasetyo