Laju LCGC tersendat niat Jokowi



JAKARTA. Rencana presiden terpilih Joko Widodo menghapus insentif bagi produksi mobil murah atau low coast green car (LCGC) berpotensi menekan industri otomotif. Pencabutan insentif itu akan menekan langsung para pemain yang memproduksi mobil berbasis LCGC, seperti PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Indomobil Sukses International Tbk (IMAS).

Saat ini, ASII memiliki dua Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) yang memproduksi mobil LCGC, yakni PT Toyota Astra Motor (TAM) yang memiliki brand Agya dan PT Astra Daihatsu Motor (ADM) yang mengusung Ayla. Sedangkan IMAS memiliki dua ATPM yang memproduksi mobil murah, yaitu PT Nissan Motor Indonesia (NMI) dengan Datsun GO+ dan PT Suzuki Indomobil Motor (SIM) melalui Wagon R.

Seperti diketahui, para produsen mobil LCGC ini menikmati insentif pembebasan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) sebesar 10% di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Jika pemerintahan baru mencabut insentif itu, tentu persyaratan juga ikut hangus. Apakah rencana Jokowi itu dapat mempengaruhi kinerja emiten otomotif ini?


Robertus Yanuar Hardy, analis Reliance Securities, menilai, kebijakan itu, jika terwujud, berpotensi mengurangi penjualan Agya dan Ayla yang diusung ASII. Namun penjualan model selain LCGC akan meningkat. "Kalaupun (Agya dan Ayla) turun pasti akan dikover penjualan di model lain. Jadi tak akan berpengaruh," kata Robertus.

Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo berpendapat, wacana Jokowi juga tak akan mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan. "Apalagi Indomobil adalah perusahaan besar yang tak memproduksi LCGC saja," ungkap dia.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, hingga Agustus 2014, Agya mencacatkan penjualan 46.399 unit atau meraup pangsa pasar 40,78%. Adapun penjualan Ayla hingga Agustus sudah 29.898 unit dengan pangsa pasar 26,28%. Kemudian Datsun Go+ berhasil terjual 8.054 dengan pangsa pasar 7,08%. Sedangkan Wagon R terjual 12.710 unit dengan pangsa pasar 11,17%. Secara total, hingga Agustus tahun ini, mobil LCGC sudah terjual sebanyak 113.752 unit.

Berdasarkan data itu Satrio menilai, penjualan mobil murah ini masih kalah dengan penjualan model lain. "Sepertinya orang Indonesia lebih suka memilih mobil keluarga," jelas dia.

Andrey Wijaya, analis RHB OSK Securities Indonesia, menyatakan hal senada dalam riset pada 22 September 2014. Menurutnya, pada perhelatan Indonesia International Motor Show (IIMS) antusias masyarakat terhadap mobil LCGC berkurang. Andrey membandingkan antusiasme pengunjung terhadap LCGC tak sama dengan tahun lalu. Saat itu semua orang berbondong-berbondong mengerumuni mobil LCGC.

Dia melihat, penjualan mobil LCGC ASII tak seperti saat peluncuran perdananya pada September 2013, yang menjaring banyak peminat. Pada tahun ini saja, kata Andrey, penjualan mobil LCGC tertinggi pada Februari 2014, yakni 12.051 unit. Jumlah itu terus menurun. Terhitung hingga Agustus lalu hanya terjual 7.808 unit.

Meski wacana penghapusan insentif PPnBM belum disahkan, para ATPM sudah berancang-ancang. Salah satunya TAM, yang berencana menaikan harga sekitar 6,6%. Manajemen akan merealisasikan harga baru mobil LCGC dalam waktu dekat. Jika harga baru sudah ditetapkan, dengan begitu, harga jual Agya seri termurah akan menjadi Rp 101,27 juta per unit.

Selain ATPM, bagaimana efek rencana Jokowi bagi penyedia jasa sewa mobil seperti PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX)? Satrio menilai, mobil yang tersedia di MPMX lebih banyak bertipe keluarga atau multi purpose vehicle (MPV) ketimbang LCGC.

“Apalagi mereka cenderung menyewa mobil kepada perusahaan yang notabene mobilnya bermuatan besar seperti MPV, bahkan hampir tak ada LCGC,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie