JAKARTA. Penjualan otomotif dalam negeri cenderung tertekan sepanjang bulan Ramadan dan libur Lebaran kemarin. Ini terjadi baik di sektor roda dua maupun roda empat. Penurunan penjualan juga dialami oleh PT Astra International Tbk (ASII) pada bulan Juni lalu. Analis BCA Sekuritas Pandu Anugrah dalam risetnya tanggal 19 Juli 2017 mengatakan, penurunan penjualan otomotif ASII terjadi antara lain karena hari kerja di Juni lalu lebih pendek ketimbang di bulan lainnya. Pasalnya, di Juni ini ada libur panjang lebaran. Alhasil, perusahaan otomotif tidak bisa melakukan pemasaran seefektif bulan-bulan biasanya. Selama Juni 2017, volume penjualan roda empat ASII hanya mencapai 36.745 unit. Hal ini membuat volume penjualan selama semester I turun 9,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. "Baru mencapai 45,6% dari target kami selama satu tahun penuh," tulis Pandu.
Meski volume penjualan merosot, pangsa pasar ASII justru meningkat menjadi 55,4% di bulan Juni 2017 dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 53,2%. Hal tersebut didorong oleh penjualan segmen
low cost and green car (LCGC), terutama dari merk Daihatsu. Di segmen kendaraan roda dua, penjualan Astra Honda Motor (AHM) pada bulan Juni 2017 juga turun sekitar 33,2% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 263.854 unit.
Market share AHM turun menjadi 69,5% dibandingkan bulan sebelumnya 74,3%. Penjualan AHM baru mencapai 41,6% dari target Pandu selama setahun. Analis Kresna Sekuritas Filbert Anson juga mengatakan volume penjualan mobil ASII terlihat turun signifikan di bulan Juni 2017 dibandingkan realisasi setahun sebelumnya karena faktor musim libur lebaran. "Libur lebaran tahun ini jatuh di bulan Juni, sementara tahun lalu jatuh di bulan Juli," kata Filbert kepada KONTAN, Rabu (19/7). Namun, Filbert memprediksikan volume penjualan otomotif ASII akan kembali pulih di bulan Agustus. Hal tersebut dapat membantu menutup penurunan penjualan di bulan-bulan sebelumnya. Menurut Filbert, pekerjaan rumah yang harus dihadapi ASII ke depan guna mendorong kinerja adalah dengan meluncurkan produk baru. Saat ini, ASII telah meluncurkan dua model mobil baru. Sedangkan hingga akhir tahun, ASII bakal meluncurkan sebanyak delapan model mobil baru lagi. "Dengan meluncurkan model baru,
demand akan naik, diskon yang diberikan akan kecil sehingga
revenue naik dan
market share juga bisa naik hingga akhir tahun," kata Filbert. Pendapatan berkurang Dengan melihat penurunan volume penjualan kendaraan bermotor hingga Juni 2017, Pandu Anugrah memprediksikan, pendapatan ASII dari sektor otomotif akan berkurang. Namun pada semester II-2017, penjualan otomotif diperkirakan akan membaik. Hal tersebut juga mengacu pada performa penjualan pada periode yang sama sepanjang tahun lalu. Selain itu, kehadiran Wuling Motors di Indonesia pada bulan Agustus bakal membuat peta persaingan industri otomotif semakin ketat. Namun dampaknya terhadap kinerja ASII pada tahun ini diprediksi tidak akan signifikan.
Menurut Filbert, pertumbuhan
net income paling besar yang akan diterima ASII berasal dari anak usahanya United Tractors (UNTR). Kelak, kenaikan harga batubara akan membawa katalis positif bagi kinerja UNTR sekaligus mendorong kinerja ASII. Filbert memprediksi pendapatan ASII tahun ini akan naik 9,1% menjadi Rp 197,6 triliun. Sementara, laba bersih akan naik sekitar 33,4% menjadi Rp 20,2 triliun. Filbert merekomendasikan
buy saham ASII dengan target harga Rp 10.000 per saham. Sementara Pandu merekomendasikan
hold ASII dengan target harga Rp 8.550 per saham. Analis Samuel Sekuritas Akhmad Nurcahyadi merekomendasikan
buy ASII dengan target harga Rp 9.800 per saham. Kemarin, saham ASII ditutup di Rp 8.475 per saham, turun 2,31% dibandingkan dengan hari sebelumnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini