Laju Pertumbuhan Kredit Melambat di Agustus 2024 Jadi 11,4%, Terendah Selama 5 Bulan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laju pertumbuhan kredit secara mengejutkan mengalami perlambatan pada Agustus 2024. Padahal, di bulan-bulan sebelumnya, industri perbankan mampu mencatatkan laju pertumbuhan kredit yang secara perlahan terus naik.

Data Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit pada Agustus 2024 hanya mencapai 11,4% secara tahunan (YoY). Pertumbuhan ini merupakan yang paling lambat selama lima bulan ke belakang..

Adapun, terakhir pertumbuhan kredit perbankan di level 11% terjadi pada dua bulan pertama di 2024. Meski demikian, ini bukan menjadi pertumbuhan paling lambat selama 2024 sebab di Februari 2024, pertumbuhan kredit tercatat lebih lambat yang hanya sebesar 11,28% YoY.


Deputi Gubernur BI Juda Agung menyadari bahwa pertumbuhan kredit di Agustus 2024 memang lebih lambat dari bulan-bulan sebelumnya. Hanya saja, ia melihat perlambatan tersebut lebih disebabkan oleh kredit valas perbankan.

Lebih jelas, kredit valas memiliki pengaruh dari adanya apresiasi nilai tukar rupiah. Sehingga, kondisi tersebut membuat kredit valas seolah-olah menunjukkan nilai yang lebih kecil dan pertumbuhan kredit pun jadi melambat.

Baca Juga: NPL BPR Kian Melonjak, Ini Beberapa Penyebabnya

“Tapi pertumbuhan kredit ini dari tumbuh 12,4% pada bulan sebelumnya menjadi 11,4% di Agustus 2024 sebenarnya masih kuat,” ujarnya.

Ia pun menambahkan bahwa saat ini total kredit perbankan secara industri sudah mencapai 51% dari rencana bisnis tiap bank. Menurutnya, capaian ini sudah tergolong besar dan bakal terus meningkat di sisa tahun 2024 berjalan.

Lebih lanjut, Juda bilang pertumbuhan kredit di sisa tahun ini bisa didorong dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang masih mengalami pertumbuhan sekitar 7%. Di tambah,  rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi sebesar 25,37%.

“Ekspansi fiskal pemerintah di kuartal empat biasanya juga akan naik sehingga ada potensi DPK juga akan naik,” ujarnya.

Tak hanya itu, ia juga mengingatkan bahwa BI juga sudah membuka pelonggaran bagi bank untuk mendapatkan pendanaan dari luar negeri melalui kebijakan pelonggaran Rasio Pendanaan Luar Negeri Bank (RPLN).

“Jadi ruangnya masih cukup besar jika bank memang membutuhkan pendanaan dari luar negeri,” tambahnya.

Terakhir, ia melihat pertumbuhan kredit tentu akan ditopang oleh adanya penurunan suku bunga acuan yang telah ditetapkan BI sebanyak 25 basis poin (bps). Harapannya, ini bisa menambah permintaan kredit dari sektor korporasi.

“Dan juga cost of fund-nya semakin murah,” tandasnya.

Baca Juga: Bank Milik Asing Bersaing Bidik Pertumbuhan Bisnis Hingga Akhir Tahun 2024

Sementara itu, Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan bilang secara umum, kredit di CIMB Niaga masih tumbuh di sekitar 5%. Pertumbuhan tersebut didominasi oleh kredit kendaraan yang mencapai double digit dan juga UKM yg tetap tumbuh di sekitar 10%. Tetapi untuk KPR dan kredit korporasi hanya tumbuh di bawah 5%.

Menurutnya, masih ada tantangan untuk kredit korporasi. Alasannya, harga masih mahal sehingga ia menegaskan bahwa CIMB Niaga harus lebih hati-hati agar bisa memitigasi pemburukan kualitas kredit.

“Kami memilih untuk mengelola NPL rendah daripada menggenjot pertumbuhan kredit tinggi pada situasi saat ini,”ujarnya kepada KONTAN, Rabu (18/9).

Sementara itu, Direktur Keuangan Bank Mandiri Sigit Prastowo bilang penyaluran kredit di bank berlogo pita emas tersebut masih sejalan dengan data-data yang telah terpublikasi sebelumnya. Setidaknya, pertumbuhan kredit di Agustus 2024 masih di atas 20%.

Lebih lanjut, ia bilang kredit korporasi masih menjadi penggerak pertumbuhan kredit di salah satu bank pelat merah tersebut. Sebab, ia memperkirakan permintaan kredit korporasi juga terlihat masih tinggi.

“Mudah-mudahan pemerintahan baru akan lebih baik untu ekonomi sehingga permintaan akan terus naik,” ujar Sigit, saat ditemui, Rabu (18/9).

Selanjutnya: CEO JPMorgan: Berlebihan Menggunakan TikTok dan Facebook adalah Buang-buang Waktu

Menarik Dibaca: Obat Kolesterol Herbal Alami yang Dapat Dicoba, Cek di Sini!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari