Laju rupiah masih akan terjegal penguatan dollar AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Akhir pekan lalu, rupiah menutup perdagangan dengan posisi yang mengecewakan. Pasca Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan atau BI 7 Days Repo Rate sebanyak 25 basis poin, nilai tukar mata uang Garuda justru makin terjerembab.

Mengutip Bloomberg, rupiah pada Jumat (18/5) ditutup melemah 0,7% ke level Rp 14.156 per dollar Amerika Serikat (AS). Adapun, rupiah mencatat pelemahan 1,3% dalam sepekan kemarin.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede, menilai, kenaikan suku bunga BI memang diharapkan bisa berdampak positif pada nilai tukar rupiah. Namun, secara global, indeks dollar AS juga masih terus menguat. Selain itu, yield obligasi pemerintah AS juga terus melambung hingga menembus 3,1%. "Faktor ini membatasi potensi penguatan rupiah," ujar Josua, Jumat (18/5).


Pekan depan, Josua melihat pergerakan rupiah masih akan disetir oleh sejumlah data perekonomian eksternal. Akhir pekan lalu, angka klaim pengangguran AS memang dirilis naik 11.000 menjadi 222.000. Namun, angka ini masih dalam level yang terbilang rendah, menurut Josua.

Kamis (24/5), juga akan dirilis notulensi FOMC yang dikenal dengan sebutan FOMC minutes. "Pelaku pasar akan mengantisipasi sinyal The Fed dalam notulensi ini yang akan menjadi faktor krusial pergerakan dollar," kata dia.

Di samping itu, pasar juga masih mengantisipasi hasil kesepakatan dagang antara AS dan China yang tak kalah penting pengaruhnya pada arah dollar pekan depan. Josua berharap, dollar akan bergerak dalam konsolidasi diiringi dengan turunnya yield US Treasury sepanjang pekan mendatang.

Untuk itu, ia memproyeksi rupiah bisa menguat terbatas dalam kisaran Rp 14.050 - Rp 14.175 per dollar AS. "Sepertinya, masih sulit keluar dari level 14.000," pungkasnya. Sementara dalam sepekan, ia memperkirakan rupiah berada dalam rentang Rp 14.000 - Rp 14.200.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie