Laju rupiah terbebani jatuhnya minyak pasca Doha



JAKARTA. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (18/4) sore bergerak menguat tipis sebesar tiga poin menjadi Rp13.174 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.177 per dollar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, laju mata uang rupiah untuk bergerak menguat dibebani oleh harga minyak mentah dunia yang menurun akibat tidak tercapainya kesepakatan untuk menahan produksi minyak oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC).

"Rupiah menguat tipis di tengah pelemahan mayoritas mata uang komoditas di dunia setelah kabar produsen minyak global gagal untuk mencapai kesepakatan dalam membatasi level produksi," kata Ariston Tjendra.


Ia mengatakan bahwa harga minyak mentah masih menjadi isu utama yang dominan, diharapkan fluktuasinya tidak terlalu lebar yang dapat menekan mata uang komoditas.

Terpantau harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Senin (18/4) sore berada di level 39,15 dollar AS per barel, turun tiga %. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 42,00 dollar AS per barel, melemah 2,55 %.

Sementara itu. pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova mengatakan bahwa perkiraan data ekonomi domestik yang akan diumumkan pada pekan ini di antaranya investasi langsung asing (FDI) serta statistik utang luar negeri yang masih positif diharapkan terealisasi.

"Sebagian investor menanti data itu sebagai acuan langkah selanjutnya dalam menentukan investasi ke depannya," kata Rully Nova.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (18/4) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.204 dibandingkan hari sebelumnya (15/4) Rp13.166.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto