Lampaui Proyeksi Ekonom, Ekspor China Tumbuh 18% pada Juli 2022



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Perdagangan ekspor China tumbuh secara mengejutkan pada Juli 2022 melampaui estimasi analis. Hal ini mendorong perdagangan China mengalami surplus. 

China mencatat ekspornya dalam nilai dolar Amerika Serikat (AS) tumbuh 18% secara tahunan atau year on year (yoy) pada Juli 2022. Nilai ekspor China ini lebih tinggi dari perkiraan ekonom yang disurvei Bloomberg sebelumnya yang diperkirakan hanya tumbuh 14,1%. Alhasil, neraca perdagangan negara dengan ekonomi kedua terbesar di dunia itu naik menjadi US$ 101 miliar. 

Data tersebut merupakan kabar baik bagi China di tengah kekhawatiran melemahnya permintaan global yang akan mengganggu pertumbuhan ekonominya selama era pandemi. 


Kendati demikian, China masih harus mencari strategi untuk menjaga jalur pemulihan ekonominya mengingat ekonomi global masih melambat. 

Para ekonom memperingatkan bahwa lonjakan ekspor itu kemungkinan tidak akan bertahan selamanya.

Baca Juga: China-Taiwan Memanas, Menkeu Sri Mulyani Khawatirkan Ini

"Kesehatan ekonomi China pada paruh kedua tahun ini sangat bergantung pada kemampuan permintaan domestik mengambil alih kendali dari permintaan eksternal yang melambat," kata Larry Hu Kepala Ekonom China di Macquarie Group Ltd dikutip Bloomberg, Senin (8/8).

Hu memperkirakan surplus perdagangan China pada Juli yang mencapai level tertinggi sejak tahun 1987 itu bisa menyempit dalam beberapa bulan mendatang di tengah ekonomi global yang semakin mengalami perlambatan. 

Peningkatan ekspor tersebut terutama didukung pengiriman mobil, produk baja, dan produk terkait tekstil, menurut analisis Goldman Sachs Group. 

Pertumbuhan ekspor mobil meningkat 64% yoy pada Juli 2022, dari periode yang sama tahun lalu yang hanya tumbuh 21,2%. Sedangkan kenaikan pengiriman produk baja tetap solid di level 41,2%. 

Pengiriman ke Asia tenggara dan Uni Eropa termasuk yang terkuat, masing-masing tumbuh 33,5% dan 23,2%. Adapun ekspor ke Rusia melonjak signifikan sebesar 22,2%, setelah bulan Juni turun 17%. 

"Pertumbuhan ekspor yang kuat terus membantu ekonomi China di saat permintaan domestik tetap melambat," kata Zhang Zhiwe, Presiden dan Kepala Ekonom Pinpooint Assset Management.

Ia bilang, pertumbuhan yang kuat itu meningkatkan kepercayaan pada nilai tukar yuan, yang membantu mencegah arus keluar modal.

Baca Juga: Puluhan Ribu Turis Dilarang Keluar dari Wilayah Hawaii China, Ini Sebabnya

Sementara Eric Zhu, Ekonom Bloomberg melihat bahwa peningkatan ekspor yang kuat di bulan Juli tidak akan bertahan lama. Menurutnya, pertumbuhan itu karena eksportir mengejar bisnis yang tertunda akibat lockdown.

"Dengan memudarnya pengiriman yang terpendam, ekspor akan melambat selama sisa  tahun ini, mengikis bantalan utama untuk pertumbuhan dan membuat ekonomi lebih rentan terhadap tekanan dari gejolak properti dan belenggu Covid-19," ujarnya. 

Hu dari Macquarie mengatakan ketahanan dalam ekspor dapat menjadi hasil dari strategi Zero Covid China, yang menguntungkan produksi dengan mengorbankan konsumsi dan menambahkan bahwa yuan yang lebih lemah tahun ini dan efek harga dapat membantu menjelaskan data ekspor.

Dia menunjukkan bahwa inflasi harga ekspor China sebagian besar sejalan dengan inflasi IHK AS. "Pada bulan Juli, sekitar setengah dari pertumbuhan ekspor utama kemungkinan karena efek harga," tulisnya.

Strategi Covid Zero China, bagaimanapun, telah membebani sisi permintaan, tambah Hu. Impor pada bulan Juli naik sebesar 2,3%, dibandingkan dengan kenaikan 1% pada bulan Juni dan lebih rendah dari perkiraan median untuk peningkatan sebesar 4%.

Baca Juga: Ekonomi Indonesia 2022: Antara Kenaikan Suku Bunga, Harga Komoditas dan Geopolitik

Selain kenaikan impor minyak mentah, pengiriman komoditas yang masuk termasuk kedelai, gas alam, dan tembaga menurun setiap bulannya.

Permintaan domestik tetap lamban tahun ini karena wabah Covid dan penguncian telah membuat orang-orang di rumah mereka dan menghalangi mereka untuk berbelanja. Ancaman pembatasan berulang jika gejolak muncul kembali juga membebani sentimen.

Beijing telah mengadopsi sejumlah langkah untuk meningkatkan permintaan tahun ini, termasuk memotong pajak pembelian pada beberapa kendaraan penumpang rendah emisi dan meminta pemerintah daerah untuk mendukung permintaan yang wajar di pasar perumahan, yang tetap menjadi perhatian tahun ini di tengah gejolak di sektor properti.

Editor: Noverius Laoli