Lampu kuning untuk utang luar negeri



KONTAN.CO.ID - Bank Indonesia (BI) mencatat posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir triwulan II-2017 sebesar US$ 335,3 miliar, atau tumbuh 2,9% dibanding periode yang sama tahun lalu year on year (yoy). Meski membesar, pertumbuhannya melambat dibanding triwulan I 2017 yang tumbuh sebesar 3,2% yoy.

Pertumbuhan ULN tersebut juga jauh lebih lambat bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016 yang sebesar 6,8% (yoy).

BI memandang perkembangan ULN pada triwulan II 2017 tetap sehat dan terkendali. Menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman, hal ini tercermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB).


“Rasio ULN terhadap PDB pada akhir triwulan II 2017 tercatat stabil di kisaran 34,2% dan bahkan menurun jika dibandingkan dengan triwulan II 2016 yang sebesar 37,2%,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa (15/8).

Ekonom Maybank Indonesia Juniman mengatakan, dari segi utang luar negeri pemerintah yang digunakan untuk menutup defisit, pemerintah perlu berhati-hati meskipun masih batas aman.

“Walaupun masih batas aman tapi lampu kuning, kalau di atas 30% sampai 60% menurut saya lampu kuning. Dan kalau begitu pemerintah harus hati-hati,” katanya kepada KONTAN, Selasa (15/8).

Oleh karena itu menurut Juniman, apabila pemerintah ingin berutang, utang harus digunakan untuk belanja yang produktif atau dipakai untuk belanja modal.

Masalahnya, kenaikan pengeluaran di APBNP 2017 sendiri paling besar di subsidi. “Ini memberikan message yang buruk, tidak produktif,” ujarnya.

Ia juga mengatakan bahwa jangan sampai utang ini dibayar dengan utang atau gali lubang tutup lubang. Oleh karena itu, penggunaan belanjanya menjadi hal yang penting.

“Kalau dipakai untuk infrastruktur, utang bisa tertutup, tapi kalau dipakai subsidi, ini buruk,” kata dia.

Asal tahu saja, penyebab pertumbuhan ULN melambat adalah melambatnya penambahan utang luar negeri pemerintah dan swasta.

Pada akhir triwulan II 2017, ULN sektor publik tercatat sebesar US$ 170,3 miliar (50,8% dari total ULN) atau tumbuh 7,3% (yoy), melambat dari 10,0% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Sementara ULN swasta tercatat US$ 165,0 miliar (49,2% dari total ULN), atau turun 1,4% (yoy) pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto