Lancarkan akuisisi, TOBA siapkan dana US$ 30 Juta



JAKARTA. PT Toba Bara Sejahtra Tbk terus mengembangkan bisnis batubara, meskipun harga jual komoditas ini melesu. Bahkan, perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki PT Toba Sejahtra milik pensiunan Jenderal Luhut Binsar Panjaitan ini akan mengakuisisi izin usaha pertambangan (IUP) baru pada 2015 mendatang.

Pandu Patria Syahrir, Direktur dan Corporate Secrtetary Toba Bara mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan pendanaan dengan total mencapai US$ 30 juta untuk melancarkan aksi akuisisi ini. "Tahun depan, kami akan fokus pada rencana ini," kata  Pandu usai menggelar paparan publik di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (12/11).

Sumber pendanaan perusahaan dengan kode saham TOBA ini berasal dari perjanjian fasilitas pinjaman berulang (revolving loan facility) senilai US$ 75 juta dari tiga bank internasional. Yakni  BNP Paribas, Citigroup, Standard Chartered Bank. Toba Bara telah merealisasikan pinjaman sebesar US$ 45 juta yang sebagiannya untuk belanja modal sejumlah proyek di anak perusahaan.


Saat ini, TOBA memiliki tiga anak perusahaan di sektor tambang batubara, yaitu PT Adimitra Baratama Nusantara (ABN), PT Trisensa Mineral Utama (TMU) dan PT Indomining (IM) melalui anak usaha bidang investasi PT Toba Bumi Energi. TOBA juga memiliki saham mayoritas di PT Perkebunan Kaltim Utama yang berbisnis perkebunan dan pengolahan kelapa sawit.

Saat ini luas konsesi tambang ketiga anak usaha TOBA mencapai 7.087 hektare. Seluruhnya berlokasi di Kalimantan Timur. Total produksi batubara ketiganya hingga akhir September 2014 mencapai 6,4 juta ton, atau naik 39,4% dibandingkan dengan realisasi yang sama tahun lalu yakni sebesar 4,59 juta ton.

Rencananya, tambang yang akan diakuisisi juga akan berlokasi di Kalimantan Timur. Pertimbangannya tak lain karena TOBA sudah seluk beluk bisnis tambang di wilayah ini. "Kami membatasi kualitas kalori tambangnya, namun kami melihat potensi keuntungan dan return-nya apabila kami kembangkan," ujar Pandu.

Namun, Pandu enggan menjelaskan perusahaan mana saja yang sudah menjalin komunikasi dengan Toba Bara mengenai rencana aksi akuisisi tersebut. Yang jelas, perusahaannya siap mengambil alih pengelolaan perusahaan tambang yang sekarang ini sedangkan mengalami kesulitan akibat turunnya harga jual batubara.

Optimis tumbuh

Industri tambang batubara memang tengah dihantui oleh merosotnya harga jual batubara. Saat ini harga jual batubara hanya US$ 64 per ton, atau jauh merosot dibandingkan harga rata-rata tahun lalu sebesar US$ 90 per ton. 

Meskipun demikian, Pandu optimistis Toba Bara Sejahtra bisa membukukan kenaikan pendapatan dari realisasi tahun lalu US$ 421,8 juta.

Pasalnya, sekitar 70% dari hasil penjualan batubara milik Toba Bara tidak mengikuti perkembangan harga pasar dan terikat kontrak harga jual. Selain itu, hingga akhir Desember 2014 nanti produksi batubara diprediksi mencapai 7,8 juta, atau naik 20% ketimbang realisasi tahun 2013 sebesar 6,5 juta ton.

Sepanjang periode Januari hingga September 2014, Toba berhasil meraih pendapatan US$ 389,73 juta atau naik 31% dibandingkan tahun lalu sebesar US$ 297,5  juta. Sedangkan laba tahun berjalan mencapai US$ 30,91 juta, atau naik 59,8% dibandingkan dengan realisasi laba Kuartal-III 2013 sebesar US$ 19,34 juta.

Untuk menjaga pendapatan perusahaan tahun 2015 depan, perusahaan juga akan menggunakan strategi dengan membuat kontrak harga jual dengan konsumen, mengingat perkembangan harga yang terus menurun. "Saat ini  kami belum bisa memberikan guidance untuk kinerja 2015," ujar Iwan Sanyoto, Head of Investor Relations Toba Bara Sejahtra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto