Langka, murai batu jadi andalan pedagang (2)



MEDAN. Pasar burung di Jalan Bintang menjadi rujukan bagi pecinta burung berkicau di Medan. Tempat ini terkenal karena koleksinya yang lengkap. Harganya? Tentu saja seperti berlaku di sentra-sentra lain. Ada yang mahal, ada yang murah, tergantung dari jenis burung dan kualitasnya. Misalnya, untuk jenis burung yang digemari banyak orang, harganya bisa melambung. Apalagi kalau kondisi fisik burung tersebut sehat, aktif dan memiliki  kicauan yang merdu.Yakin Lutsri (50), seorang pemain burung yang sudah menggeluti usaha ini di sentra tersebut sejak tahun 1990 menuturkan murai batu merupakan jenis yang paling banyak dicari. “Murai batu memang sudah dikenal di seluruh Indonesia,” katanya.Ada dua murai batu, yaitu murai batu medan dan murai batu aceh. Dari segi fisik, tidak ada yang membedakan antara murai batu medan dan aceh. Kata Yakin, asalnya saja yang beda. Namun di Medan, burung murai batu  Medan sudah tergolong langka. Makanya, ia mendapat burung murai yang berekor panjang ini dari Aceh. “Banyak yang mencari murai batu tapi tidak selalu ada di sini,” ujar Yakin. Untuk satu ekor murai batu anakan, ia membanderol  harga Rp 1 juta. Akan tetapi, induk yang dewasa dijual sekitar Rp 2 juta – Rp 4 juta per pasang.Hal serupa dituturkan Ahmad Kamil (37), pedagang burung lainnya. Burung murai batu sudah relatif jarang bisa didapat. Makanya, Ahmad tidak bisa menjual jenis burung ini tiap bulan.Ahmad mendapat pasokan burung dari berbagai daerah. Selain Aceh, ia juga membeli burung dari berbagai pelosok di Medan, seperti Padang Sidempuan atau Kisaran. “Kadang ada juga orang Medan yang datang jual burung di sini, baik hasil budidaya atau karena sudah bosan pelihara,” ucapnya.Ia mengakui, penjual burung di Medan harus bersaing dengan pedagang burung di Pulau Jawa dalam hal pasokan. Seringnya, Ahmad tidak dapat pasokan burung jenis tertentu karena pemasok lebih dulu menjualnya ke Jawa. “Padahal dari segi harga tidak beda jauh, hanya beda puluhan ribu lebih mahal kalau dijual ke Jawa,” kata dia.Untungnya, Ahmad sudah punya langganan sehingga jarang pasokan burung di rukonya terganggu. Hanya saja, kalau ada order jenis burung tertentu, seperti murai batu atau burung kicau lainnya, ia kesulitan memenuhi.Berbeda dengan pedagang lainnya, Sutrisno (41), yang menggantungkan pasokan burung dari pengumpul yang ada di sekitar Medan. Setiap minggu, para pengumpul itu menyambangi untuk jual burung,” ungkapnya.Hampir setiap minggu juga, Sutrisno kedatangan orang yang menjual hewan peliharaan seperti kelinci dan kucing. Sutrisno mengaku ada oknum pengumpul yang menjual hewan langka, seperti kukang. Namun, karena himbauan dari pecinta hewan dan pemerintah, penjualan pun dihentikan.  “Kalau kondisi bagus, saya terima, asal bukan hewan yang dilarang pemerintah,” tandasnya. Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini