Langkah Badan Pangan Nasional Atasi Kenaikan Harga Pangan Jelang Hari Besar Keagamaan



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kenaikan harga pangan pada saat menjelang hari raya keagamaan biasanya terjadi. Saat ini, terdapat tren kenaikan harga pangan di pasar menjelang bulan Ramadan.

Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA), Arief Prasetyo Adi, mengatakan bahwa kondisi ini terjadi karena pemerintah belum memiliki Cadangan Pangan Pemerintah (CPP).  Oleh karena itu, NFA sedang mempersiapkan ekosistem CPP.

"Jika ekosistemnya belum baik, maka tidak dapat dilakukan. Jadi, setiap tahun hal ini terjadi karena tidak memiliki cadangan pangan pemerintah. Kita tidak memiliki cadangan pangan, sehingga ini menjadi hal yang mendesak bagi kita," kata Arief ketika ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Senin (20/3).


Untuk membangun ekosistem CPP, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) No 125 Tahun 2020 mengenai cadangan pangan pemerintah.

Baca Juga: Pedagang Jual Beras dengan HET Baru Meski Aturannya Belum Diundangkan, Memang Boleh?

Saati ini, pelaksanaan CPP sedang dalam progres. Arief mengatakan bahwa perlu ada harmonisasi dengan Kementerian dan Lembaga (K/L) lainnya dalam membangun hal ini. Menurutnya, membangun ekosistem CPP juga memerlukan pendanaan.

"Cadangan itu begini, jadi misalnya kita sudah tahu 3 bulan itu kita perlu berapa. Nah itu yang kita cadangkan 3 bulan sehingga harga (pangan) 3 bulan itu bisa stabil. Maksud saya, ini akan kita kerjakan dan harus dipercepat CPP," tambahnya.

Saat ini, Arief mengatakan bahwa penyiapan CPP masih dalam proses. Untuk Bulog, sudah ditugaskan untuk mengelola CPP padi, jagung, dan kedelai. Sementara itu, sisanya akan dilakukan oleh BUMN pangan lainnya seperti IDFood atau RNI.

Baca Juga: Bulog akan Impor 20.000 Ton Daging Kerbau untuk Penuhi Kebutuhan Ramadan dan Lebaran

"Nah ini perlu uang kalau perlu uang. Berarti kan kita harus dengan Menteri Keuangan. Nah sekarang ini sedang proses," kata Arief.

Sedangkan untuk CPP daging ayam dan telur saat ini NFA berencana akan melakukan take offer stok yang ada di peternak untuk bantuan pangan bagi masyarakat rawan stunting.

"Kita mau buat semacam connectifity dari hulu. Sehingga yang hulu nanti harga telur ayam di tingkat petani peternak itu stabil tidak buang-buang telur lagi tidak buang-buang ayam lagi, dibeli dengan harga baik. Kemudian di hilirnya itu untuk pengentasan kemiskinan dan gizi buruk rawan rentan pangan. Itu yang badan pangan sedang buat ekosistem," jelasnya.

Meski kenaikan harga pangan setiap hari besar keagamaan masih terjadi, Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menjelaskan, NFA sudah banyak melakukan langkah perbaikan.

Baca Juga: Pedagang: Harga Beras Sudah Tinggi Sebelum Pemerintah Tetapkan HET Beras Terbaru

Sayangnya, Ia menegaskan bahwa Badan Pangan Nasional saat ini baru terbentuk setahun lalu. Pun demikian anggaran NFA tahun ini, menurut Khudori juga masih terganjal sehingga masih mendapatkan alokasi yang minim.

"Setahun terakhir, sudah banyak hal yang telah dilakukan Bapanas. Sejauh ini, Bapanas sudah mulai membenahi masalah pangan dengan cara membangun fondasi," kata Khudori.

Namun Ia menyebut, saat ini langkah perbaikan baru terasa di hilir. Sementara di hulu belum tampak. Padahal, Khudori menambahkan, persoalan pangan seharusnya memerlukan penyelesaian dari hulu-hilir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli