JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak positif pada transaksi perdagangan pagi ini (7/9). Data RTI menunjukkan, pada pukul 09.16 WIB, indeks tercatat naik 0,26% menjadi 5.386,84. Ada delapan sektor yang mendukung kenaikan indeks. Tiga sektor dengan kenaikan terbesar di antaranya: sektor pertambangan naik 0,77%, sektor keuangan naik 0,58%, dan sektor industri lain-lain naik 0,29%. Sementara itu, ada 131 saham yang melaju dan 64 saham yang tertekan. Sedangkan 76 saham lainnya diam di tempat.
Saham-saham indeks LQ 45 yang menduduki posisi
top gainers pagi ini di antaranya: PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) naik 2,69% menjadi Rp 8.600, PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 1,73% menjadi Rp 9.650, dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (OCBP) naik 1,85% menjadi Rp 9.650. Di posisi
top losers indeks LQ 45, terdapat saham-saham: PT United Tractors Tbk (UNTR) turun 1,17% menjadi Rp 19.025, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) turun 0,98% menjadi Rp 10.100, dan PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) turun 0,92% menjadi Rp 18.925. Tersokong data AS Sementara, bursa Asia -di luar bursa Jepang- juga dibuka sumringah pada transaksi perdagangan pagi ini (7/9). Data Bloomberg menunjukkan, pada pukul 09.13 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific -tak termasuk Jepang- naik 0,4% menjadi 458,02. Sedangkan berdasarkan data CNBC, indeks S&P/ASX 200 dibuka naik sebesar 0,11%. Kenaikan bursa Australia disokong oleh sektor bahan baku yang melompat 0,85%. Sementara, sektor energi tertekan 0,47% dan sektor finansial turun 0,1%. Di Korea Selatan, indeks Kospi berhasil naik 0,17%.
Sebaliknya, indeks Jepang tampak tertekan. Pagi ini, indeks Nikkei 225 Stock Average turun 0,87% seiring penguatan yen atas dollar AS. Penguatan yen berdampak negatif bagi saham-saham Jepang karena menyebabkan ongkos ekspor menjadi mahal dan menggerus pendapatan perusahaan Jepang. Catatan saja, pada pukul 07.39 waktu Hong Kong, nilai tukar yen berada di posisi 101,43 per dollar AS. Pergerakan positif bursa Asia terjadi setelah data jasa industri AS yang baru saja dirilis kemarin menunjukkan pelemahan. Kondisi ini yang memicu spekulasi bahwa The Federal Reserve akan menahan kebijakan suku bunga rendah untuk beberapa waktu ke depan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie