Langkah The Fed bikin Wall Street memerah



NEW YORK. Pasar saham AS ditutup dengan penurunan pada transaksi perdagangan Kamis (15/6). Data yang dihimpun CNBC menunjukkan, pada pukul 16.00 waktu New York, indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,07% menjadi 21.359,90. Saham Nike menghuni posisi top losers dan General Electric menghuni posisi top gainers.

Sementara, indeks S&P 500 turun 0,22% menjadi 2.432,46. Sektor bahan baku mengalami tekanan terbesar di antara tujuh sektor lainnya. Sedangkan sektor utiliti menjadi sektor dengan performa terbaik.

Adapun indeks Nasdaq turun 0,47% menjadi 6.165,50.


Dalam setiap sembilan saham yang turun, ada lima saham yang naik di New York Stock Exchange. Volume transaksi perdagangan tadi malam melibatkan 828,52 juta saham dan volume transaksi perdagangan gabungan mencapai 3,341 miliar saham.

"Apa yang terjadi saat ini adalah pelaku pasar menyamakan FANG dengan teknologi secara lebih luas. Dan itu merupakan kesalahan. Sekitar 74% sektor teknologi unggul di market," jelas Michael Arone, chief investment strategist dari State Street Global Advisors.

Asal tahu saja, saham-saham Facebook, Amazon, Apple, dan Netflix semuanya ditutup di zona merah. Sementara Snap, ditutup turun 4,92% di level US$ 17, yang merupakan harga IPO-nya.

Sektor teknologi mengalami kemunduran pada tahun ini, meski sektor teknologi pada indeks S&P dengan mudah mengungguli sektor lain dengan naik 18%.

Strategist Jefferies Sean Darby membandingkan perkembangan saham teknologi yang sekarang dengan kejadian penurunan tajam yang terjadi pada akhir tahun 1990-an. Darby mencatat bahwa kedua periode memiliki tingkat inflasi dan tingkat suku bunga rendah, di samping ekonomi digital yang berkembang pesat. Tapi akhirnya hal itu tidak berakhir dengan baik.

"Setelah Y2K terjadi, the Fed menaikkan suku bunga yang akhirnya menghilangkan pembiayaan murah yang menjadi faktor lonjakan teknologi," kata Darby.

Namun awal pekan ini, sektor teknologi mencatatkan penurunan dua hari terbesar sejak Desember.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie