KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dibuka menguat saat awal perdagangan, IDX sektor teknologi kembali ditutup melemah pada Selasa (13/9). Diprediksi masih akan bergerak
sideways, sejumlah saham emiten teknologi berikut ini justru masih menarik dilirik. Secara
year to date (YtD) alias dari awal tahun, IDX teknologi anjlok paling dalam di antara sektor lainnya, dengan penurunan 14,97%. Pada Selasa, IDX teknologi merosot 0,60% ke harga Rp 7.647,98.
Financial Expert Ajaib Sekuritas, M. Julian Fadli, melihat saat ini belum ada sentimen positif yang dapat menjadi
booster bagi emiten di sektor teknologi. Kenaikan suku bunga Bank Indonesia juga menjadi salah satu katalis negatif.
Ketidakpastian ekonomi global juga membuat negara cenderung memperketat kebijakan moneternya.
Baca Juga: Mulai Turun Setelah Jadi Top Gainers, Simak Rekomendasi Saham OBM Drilchem (OBMD) "Membuat investor cenderung menghindari saham
growth stock, dan beralih pada sektor yang lebih defensif terhadap kenaikan suku bunga," kata Fadli kepada Kontan.co.id, Selasa (13/9). Selain itu, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang bakal mendongkrak inflasi menambah sentimen negatif bagi emiten teknologi. Terutama yang berhubungan langsung dengan konsumen luas. Contohnya PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (
GOTO) dan PT Bukalapak.com Tbk (
BUKA). Pasalnya, lonjakan inflasi akan berdampak pada melemahnya daya beli dan dapat menurunkan
Gross Merchandise Value (GMV). Dari segi operasi, inflasi juga akan meningkatkan biaya variabel emiten yang membuat
Contribution Margin (CM) tergerus. Ditambah lagi sentimen global dari tingginya tingkat inflasi di sejumlah negara. "Secara langsung dan tidak langsung, sentimen tersebut akan menekan kinerja keuangan emiten sektor teknologi," imbuh Fadli.
Technical Analyst Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menambahkan, dari sisi transaksi pun saham-saham teknologi nilainya menyusut dan belum tampak peningkatan minat signifikan pasca tekanan jual yang dimulai pada Agustus tahun lalu. Dilihat dari indeks sektoral, secara umum saham-saham teknologi masih akan bergerak
sideways dengan kecenderungan koreksi jangka pendek. Tapi minor koreksi diperkirakan sudah mulai berakhir pada awal kuartal keempat nanti.
Baca Juga: Laba Menyusut, Simak Rekomendasi Saham Charoen Pokphand (CPIN) Catatan Ivan, saham-saham teknologi akan lebih atraktif dari sisi harga, apabila indeks sektoralnya menguji level
support 7.000. Adapun
support kunci terdekat bisa dicermati pada area 7.400. "Apabila penutupan mingguan masih tertahan di level tersebut maka ada peluang kembali menguat. Tapi kalau di bawah 7.400, arahnya ke 7.000 dulu, untuk menuntaskan struktur koreksi," terang Ivan. Menimbang momentum tersebut, sejumlah saham menarik dikoleksi dengan strategi
buy on weakness (BoW). Pilihan saham Ivan adalah PT Metrodata Electronics Tbk (
MTDL) dengan target harga Rp 800 hingga akhir tahun. Kemudian PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (
EMTK) untuk target harga Rp 1.950, PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk (
DIVA) dengan target harga Rp 1.030, serta PT Digital Mediatama Maxima Tbk (
DMMX) untuk target Rp 1.520. Sebagai pilihan investasi jangka panjang di atas tiga tahun, Fadli menyoroti emiten teknologi punya peluang tumbuh secara kinerja maupun sahamnya. Sejalan dengan ekosistem yang semakin luas dan berbagai inovasi bisnis beserta kerja sama strategis. Ada tiga emiten yang menjadi rekomendasi Fadli untuk dikoleksi dengan strategi BoW. Pertama, GOTO, di area
sideways Rp 274 sampai Rp 282. Target harga GOTO ada pada
resistance Rp 340 dengan potensi melanjutkan kenaikan ke level Rp 390. Pertimbangkan
cut loss apabila
break support di Rp 256.
Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham untuk Sektor Teknologi Kedua, EMTK. Target
resistance pada level Rp 2.200 dan
support di Rp 1.800. Pertimbangkan
cut loss apabila
break support kuat pada Rp 1.750. Ketiga, DMMX. Target harga pada area
resistance di level Rp 1.700 dan
support pada Rp 1.320. Pertimbangkan
cut loss apabila
break support selanjutnya di bawah level Rp 1.270. Sementara itu, Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto turut menyoroti, pengetatan moneter di berbagai negara berpotensi mempersulit para emiten memperoleh dana murah, untuk membangun ekosistem seperti yang telah dilakukan selama ini. Aksi "bakar duit" akan cenderung lebih terbatas karena sedang berhadapan dengan potensi kenaikan beban dan menurunnya daya beli masyarakat. Dalam kondisi ini, promosi yang dilakukan cenderung tidak dapat terserap secara optimal. "Pasar memproyeksikan potensi penurunan kinerja pada sektor ini, sehingga cenderung melakukan
shifting ke sektor yang lebih aman," terang Pandhu. Momentum pada saham-saham di sektor teknologi dinilai masih relatif lemah.
"Sementara masih cenderung
wait and see dulu di kisaran
support masing-masing, tunggu ada pergerakan," saran Pandhu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi