KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (
TOWR) mengalokasikan belanja modal atau
capital expenditure (capex) sebesar Rp 3,25 triliun untuk tahun 2021. Sebesar 60% akan digunakan untuk pengembangan bisnis menara telekomunikasi secara organik, sementara sekitar 40% akan digunakan untuk pengembangan usaha non-menara, seperti fiberisasi dan konektivitas. Meskipun begitu, Wakil Direktur Utama PT Sarana Menara Nusantara Tbk Adam Gifari mengatakan, jumlah capex dapat lebih besar dari alokasi awal jika permintaan dari pelanggan juga naik. "Capex dapat meningkat apabila rencana investasi para operator telekomunikasi yang membutuhkan infrastruktur telekomunikasi juga meningkat dari perkiraan di anggaran ini," tutur Adam saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (11/1).
Di luar capex untuk pengembangan organik sebesar Rp 3,25 triliun tersebut, Sarana Menara juga menyiapkan capex untuk ekspansi anorganik seperti dengan membeli aset perusahaan lain. "Terkait dengan akuisisi menara, kalau ada
deal yang kami dapat, capexnya akan disiapkan terpisah," ungkap Adam.
Baca Juga: Tiga anak usaha Sarana Menara (TOWR) kantongi pinjaman US$ 34,5 juta dari Bank Mizuho Menurutnya, sumber capex tahun ini akan sama seperti tahun lalu, yakni lebih banyak berasal dari arus kas operasional Sarana Menara. Sebagai informasi, pada tahun 2020, Sarana Menara juga mengalokasikan capex untuk pertumbuhan organik dengan besaran yang sama. Kemudian, sebesar Rp 2,5 triliun dikeluarkan untuk mengakuisisi 1.399 menara PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang dilakukan melalui anak usaha TOWR, yakni PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo). Kemudian, dari segi kinerja, Sarana Menara menargetkan pertumbuhan pendapatan pada tahun 2021 sebesar 8% dibandingkan realisasi tahun lalu. "Anggaran tersebut optimistis dapat dicapai dengan pertumbuhan organik seiring dengan kebutuhan masyarakat atas layanan internet yang masih tumbuh serta banyaknya daerah di Indonesia yang saat ini belum mendapat layanan 4G," jelas Adam. Meskipun begitu, Sarana Menara belum bisa merinci target kenaikan penyewaan menara maupun penambahan fiber optic untuk merealisasikan pertumbuhan 8% tersebut. Alasannya, sulit untuk memprediksi pembagian antara penyewaan menara dan fiber optic di tengah dinamika industri saat ini.
Sebagai gambaran, pada tahun 2020, manajemen TOWR memasang target pertumbuhan pendapatan 14%-15% dibandingkan tahun 2019. Dengan begitu, nilai pendapatan TOWR hingga akhir tahun 2020 diperkirakan dapat mencapai Rp 7,3 triliun-7,4 triliun. Sepanjang sembilan bulan pertama 2020, TOWR mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 19,3%
year on year (yoy), dari Rp 4,65 triliun menjadi Rp 5,55 triliun. Adam yakin, realisasi pertumbuhan hingga akhir 2020 masih tergolong baik dan sesuai dengan rencana awal tersebut. Adam menambahkan, hasil pencapaian usaha yang baik ini memungkinkan Sarana Menara untuk melanjutkan program
buyback saham. Sarana Menara telah memperoleh persetujuan dari RUPS untuk melanjutkan program ini sampai dengan bulan November 2021 hingga sebanyak-banyaknya 5% dari saham beredar. Saat ini, akumulasi saham treasury hasil buyback telah mencapai 2,1% dari saham beredar dengan nilai pasar sekitar Rp 1 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi