KONTAN.CO.ID - Ketua Komisi VII DPR RI Gus Irawan Pasaribu mempertanyakan keoptimalan data yang dihasilkan guna pemantauan lingkungan di Indonesia. Menurutnya, sebagai contoh hampir setiap tahun selalu saja ada ratusan ribu ton bangkai ikan di Danau Toba. Sehingga ini bisa berdampak pada kehidupan ikan lain di perairan Danau Toba. Menanggapi hal tersebut, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan, data yang diperoleh selama ini berasal dari satelit internasional dengan dua kualifikasi. "Ada yang sifatnya gratis, yang umumnya digunakan untuk pemantauan lingkungan seperti kebakaran hutan dan perubahan cuaca. Selain itu, ada juga yang berbayar yakni annual fee yang dibayarkan tiap tahun seperti satelit SPOT resolusi tengah, citra satelit resolusi tinggi," jelas Thomas dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di gedung Komisi VII DPR RI, Senin (25/9).
Lapan: Data tergantung satelit internasional
KONTAN.CO.ID - Ketua Komisi VII DPR RI Gus Irawan Pasaribu mempertanyakan keoptimalan data yang dihasilkan guna pemantauan lingkungan di Indonesia. Menurutnya, sebagai contoh hampir setiap tahun selalu saja ada ratusan ribu ton bangkai ikan di Danau Toba. Sehingga ini bisa berdampak pada kehidupan ikan lain di perairan Danau Toba. Menanggapi hal tersebut, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan, data yang diperoleh selama ini berasal dari satelit internasional dengan dua kualifikasi. "Ada yang sifatnya gratis, yang umumnya digunakan untuk pemantauan lingkungan seperti kebakaran hutan dan perubahan cuaca. Selain itu, ada juga yang berbayar yakni annual fee yang dibayarkan tiap tahun seperti satelit SPOT resolusi tengah, citra satelit resolusi tinggi," jelas Thomas dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di gedung Komisi VII DPR RI, Senin (25/9).