Lapangan Jangkrik akan tambah 7% gas nasional



JAKARTA. Indonesia sedang menanti penambahan produksi gas dari lapangan Jangkrik blok Muara Bakau. Pemerintah memproyeksi lapangan gas tersebut bisa mulai berproduksi pada pertengahan tahun 2017.

Perkiraan tersebut lebih cepat dari perkiraan yang tercantum dalam Rencana Strategis Kementerian ESDM Tahun 2015-2018, yaitu produksi pertama tahun 2018.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menghadiri Upacara Penamaan Kapal Floating Processing Unit (FPU) Jangkrik, di Saipem Karimun Yard, Tanjung Balai, Kepulauan Riau, Selasa (21/3). Penamaan kapal ini juga menandai akan segera berproduksinya gas dari Blok Muara Bakau.


Direncanakan pada tanggal 24 Maret 2017, FPU akan ditarik berlayar ke Selat Makassar, untuk ditempatkan di wilayah kerja migas Jangkrik, Muara Bakau, Kalimantan Timur. Waktu tempuh pelayaran diperkirakan 12 hari.

FPU ini rencananya akan dioperasikan pada bulan Mei 2017. “Berdasarkan laporan, FPU ini ukurannya 46x192 meter, ini kira-kira besarnya 80% lapangan bola, besar sekali. Ini adalah FPU paling besar yang pernah dibangun, dirakit di Indonesia, dan nanti paling lambat akan dioperasikan bulan Mei 2017," katanya.

Jika sudah beroperasi, kira-kira pertengahan bulan Mei, Jonan berharap Presiden Joko Widodo menyaksikan first oil atau first gas di Selat Makassar dari FPU terbesar milik Indonesia ini.

Kapal FPU Jangkrik dirancang untuk pengolahan gas dengan kapasitas hingga 450 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Menteri ESDM menyatakan, produksi dari lapangan Jangkrik tersebut akan berkontribusi menambah 6%-7% produksi gas bumi Indonesia yang ada saat ini.

“Outputnya, dari lapangan gas Jangkrik di Selat Makassar, diperkirakan sebesar 450 MMSCFD, kira-kira sama dengan 7% produksi gas bumi Indonesia. Ini bisa menambah produksi gas bumi Indonesia sekitar 7% dari produksi yang ada saat ini, 7% itu besar. Diharapkan kalau bisa ditingkatkan kapasitasnya sampai 800 MMSCFD, jika proyek IDD yang dikerjakan Chevron jadi, bisa menggunakan fasilitas FPU ini,” kata Jonan dalam keterangan tertulis pada Selasa (21/3).

Jonan mengucapkan terima kasih karena produksi lapangan Jangkrik setahun lebih cepat dari rencana yang ditetapkan Pemerintah. Salah satu faktornya peran pemerintah daerah dalam memberikan kemudahan perizinan bagi investor agar dapat segera beroperasi dan memberikan manfaat bagi negara.

“ENI juga tadi memberikan masukkan untuk percepatan perizinan. ENI sangat gembira dengan (peran) pemerintah daerah setempat, bupati, gubernur, pro bisnis, tidak mempersulit, ini yang diharapkan kita semua. Dalam ekonomi, jika perizinannya pelan, pertumbuhan ekonomi juga akan pelan,” tegasnya.

Dalam kesempatan ini, Jonan juga mengingatkan pentingnya efisiensi besar-besaran di industri hulu migas, hal ini tidak lain karena baik harga minyak maupun harga gas tidak dapat ditentukan sendiri, namun mengikuti pasar global.

“Ada pemahaman yang sama bahwa Pemerintah mendorong adanya efisiensi yang besar-besaran dari seluruh belanja modal dan belanja operasional di Industri hulu migas, kenapa? Satu yang paling penting, tidak ada satu organisasi atau negara pun yang bisa mengendalikan, merubah, menaikkan atau menurunkan harga minyak dan gas, ini (yang menentukan) adalah pasar global. Ini adalah semangat dari efisiensi bagi kita dan kontraktor,” ujar Jonan.

Untuk itu, Jonan mengapresiasi investasi proyek lapangan Jangkrik bisa menghemat sekitar US$ 300 juta dari rencana awal investasi US$ 4,5 miliar. 

Terkait kebutuhan alokasi gas untuk ketenagalistrikan di Provinsi Kepulauan Riau, Jonan menegaskan bahwa akan dibuat panduan agar kedepannya alokasi gas untuk domestik semakin besar. "Tadi ENI menanyakan, kalau tambah produksi, gas akan dijual kemana? Saya bilang nanti dibeli untuk kelistrikan nasional. Bertahun-tahun lalu, kenapa PLTU dibangun sampai di daerah yang jauh, Papua juga bangun PLTU kecil-kecil, karena alokasinya gas juga sangat sulit. Kita akan buat panduan, agar alokasi gas makin lama harus makin besar untuk nasional,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia