JAKARTA. Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) menyatakan pada semester pertama 2011, rata-rata produksi minyak nasional hanya sebesar 906.000 barel per hari (bph). Minimnya produksi minyak nasional karena adanya gangguan tidak terencana atau planned shutdown di lapangan Tunu yang dikelola Total EP Indonesie Mahakam."Planned shutdown tapi mengurangi produksi beberapa saat. Sehingga produksi yang mulai naik 916.000 bph turun lagi menjadi 906.000 bph," ujar Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas BP Migas Gde Pradnyana, Senin (4/7).Menurut Gde, planned shutdown tersebut harus dilakukan untuk menjaga realibilitas supaya nanti tidak ada kejadian unplanned shutdown yang dampaknya akan makin besar. Selain itu juga adanya perpindahan rig (rig move) untuk melakukan pengeboran sumur-sumur berikutnya guna menambah produksi. Setelah lapangan Tunu selesai mengalami perawatan, produksi minyak nasional diperkirakan bisa tembus pada 930.000 bph hingga akhir tahun ini. ”Perkiraan kami nanti rata-rata produksi selama 2011 mencapai bisa 933-945.000 bph. Kepala BP Migas, R. Priyono mengatakan dari Januari hingga Juni 2011, produksi minyak nasional hilang 30.000 bph. Kehilangan ini akibat unplanned shutdown dan pemeliharaan lapangan. “Kami berharap produksi sudah kembali naik dan bisa mengejar 945.000 bph,” kata dia.Untuk menggenjot produksi, Priyono meminta, agar semua produsen minyak dan gas yang telah berproduksi menyiapkan skenario EOR untuk meningkatkan laju pengurasan. Hal ini juga berlaku untuk produsen yang kontraknya akan habis. Sebelumnya dalam siaran pers BP Migas, Wakil Kepala BP Migas Hardiono mengatakan, upaya EOR ini bisa menaikkan angka produksi cukup besar. Alasannya, saat ini potensi minyak bumi Indonesia masih sekitar 43 miliar barel. Bila EOR ini berhasil, bisa meningkatkan recovery factor 10% sehingga ada tambahan cadangan sebesar 4,3 miliar barel. Jumlah tersebut lebih besar dari cadangan minyak terbukti nasional yang hanya 3,7 miliar barel.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Lapangan Tunu terganggu, produksi migas semester I cuma tembus 906.000 bph
JAKARTA. Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) menyatakan pada semester pertama 2011, rata-rata produksi minyak nasional hanya sebesar 906.000 barel per hari (bph). Minimnya produksi minyak nasional karena adanya gangguan tidak terencana atau planned shutdown di lapangan Tunu yang dikelola Total EP Indonesie Mahakam."Planned shutdown tapi mengurangi produksi beberapa saat. Sehingga produksi yang mulai naik 916.000 bph turun lagi menjadi 906.000 bph," ujar Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas BP Migas Gde Pradnyana, Senin (4/7).Menurut Gde, planned shutdown tersebut harus dilakukan untuk menjaga realibilitas supaya nanti tidak ada kejadian unplanned shutdown yang dampaknya akan makin besar. Selain itu juga adanya perpindahan rig (rig move) untuk melakukan pengeboran sumur-sumur berikutnya guna menambah produksi. Setelah lapangan Tunu selesai mengalami perawatan, produksi minyak nasional diperkirakan bisa tembus pada 930.000 bph hingga akhir tahun ini. ”Perkiraan kami nanti rata-rata produksi selama 2011 mencapai bisa 933-945.000 bph. Kepala BP Migas, R. Priyono mengatakan dari Januari hingga Juni 2011, produksi minyak nasional hilang 30.000 bph. Kehilangan ini akibat unplanned shutdown dan pemeliharaan lapangan. “Kami berharap produksi sudah kembali naik dan bisa mengejar 945.000 bph,” kata dia.Untuk menggenjot produksi, Priyono meminta, agar semua produsen minyak dan gas yang telah berproduksi menyiapkan skenario EOR untuk meningkatkan laju pengurasan. Hal ini juga berlaku untuk produsen yang kontraknya akan habis. Sebelumnya dalam siaran pers BP Migas, Wakil Kepala BP Migas Hardiono mengatakan, upaya EOR ini bisa menaikkan angka produksi cukup besar. Alasannya, saat ini potensi minyak bumi Indonesia masih sekitar 43 miliar barel. Bila EOR ini berhasil, bisa meningkatkan recovery factor 10% sehingga ada tambahan cadangan sebesar 4,3 miliar barel. Jumlah tersebut lebih besar dari cadangan minyak terbukti nasional yang hanya 3,7 miliar barel.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News