KONTAN.CO.ID - Perusahaan telekomunikasi terkemuka global, Ericsson (kode saham di NASDAQ: ERIC), mengeluarkan laporan riset terbarunya bertajuk “Future of Enterprise” pada 12 Desember 2022. Ericsson menyoroti perusahaan yang kini mulai proaktif dalam menghadapi disrupsi ekonomi dan lingkungan. Berdasarkan data dalam laporan tersebut, sebanyak 42 persen pengambil keputusan perusahaan percaya akan menghadapi disrupsi yang disebabkan oleh perubahan iklim dalam waktu dekat. Mereka yakin, banyak kejadian tidak terduga yang membuat perusahaan harus lebih proaktif dan inovatif mengambil solusi untuk mengurangi efek perubahan iklim, seperti pandemi dan krisis energi. Pengambil keputusan perusahaan juga menyadari bahwa entitas bisnis perlu bertanggung jawab menyelesaikan berbagai permasalahan tersebut. Menurut Ericsson, solusi yang dibutuhkan saat ini tidak hanya bersandar pada strategi reaktif, tapi juga perencanaan resiliensi jangka panjang dan berorientasi pada pemulihan. Laporan Future of Enterprise juga menunjukkan sebanyak 52 persen pengambil keputusan perusahaan di Indonesia percaya dengan disrupsi tersebut. Bahkan, sebagai wujud aksi mengurangi disrupsi tersebut, sebanyak 63 persen mengaku telah memiliki strategi untuk menangani peristiwa disrupsi. Kabar baiknya, sebanyak 70 persen karyawan menyatakan sudah berkolaborasi dengan mitra bisnis sebagai solusi menangani disrupsi global.
Laporan Ericsson: Investasi Teknologi, Faktor Kunci Perusahaan Siap Hadapi Disrupsi
KONTAN.CO.ID - Perusahaan telekomunikasi terkemuka global, Ericsson (kode saham di NASDAQ: ERIC), mengeluarkan laporan riset terbarunya bertajuk “Future of Enterprise” pada 12 Desember 2022. Ericsson menyoroti perusahaan yang kini mulai proaktif dalam menghadapi disrupsi ekonomi dan lingkungan. Berdasarkan data dalam laporan tersebut, sebanyak 42 persen pengambil keputusan perusahaan percaya akan menghadapi disrupsi yang disebabkan oleh perubahan iklim dalam waktu dekat. Mereka yakin, banyak kejadian tidak terduga yang membuat perusahaan harus lebih proaktif dan inovatif mengambil solusi untuk mengurangi efek perubahan iklim, seperti pandemi dan krisis energi. Pengambil keputusan perusahaan juga menyadari bahwa entitas bisnis perlu bertanggung jawab menyelesaikan berbagai permasalahan tersebut. Menurut Ericsson, solusi yang dibutuhkan saat ini tidak hanya bersandar pada strategi reaktif, tapi juga perencanaan resiliensi jangka panjang dan berorientasi pada pemulihan. Laporan Future of Enterprise juga menunjukkan sebanyak 52 persen pengambil keputusan perusahaan di Indonesia percaya dengan disrupsi tersebut. Bahkan, sebagai wujud aksi mengurangi disrupsi tersebut, sebanyak 63 persen mengaku telah memiliki strategi untuk menangani peristiwa disrupsi. Kabar baiknya, sebanyak 70 persen karyawan menyatakan sudah berkolaborasi dengan mitra bisnis sebagai solusi menangani disrupsi global.