Laporan Industri Keamanan dan Identitas 2024 HID Mengungkap 6 Tren Ini



KONTAN.CO.ID - Penyedia solusi identitas, HID merilis Laporan Industri Keamanan dan Identitas 2024 atau 2024 State of Security Report yang mengungkap enam tren berikut ini.

Laporan ini mengumpulkan 2.600 respons dari para mitra, end user, dan pelaku bidang keamanan dan IT dari seluruh dunia, termasuk responden dari Indonesia. Mereka berasal dari beragam posisi dan ukuran perusahaan yang mewakili 11 industri bisnis.

Laporan Industri Keamanan dan Identitas 2024 menggali hal apa saja yang menjadi perhatian atau kepedulian industri. 


Sehingga, mendorong kemunculan inovasi dan teknologi baru, yang bisa membantu para pemimpin industri untuk proaktif beradaptasi terhadap tantangan yang terus berkembang.

Laporan Industri Keamanan dan Identitas 2024 mengungkap enam tren berikut:

1. Identitas digital diperkirakan akan banyak digunakan dalam lima tahun ke depan

Dengan semakin luasnya penggunaan perangkat selular, berbagai kesempatan untuk memanfaatkan identitas digital pun turut bermunculan.

Dalam lima tahun yang akan datang, para responden end user mengaku, sekitar 80% organisasi atau perusahaan akan menerapkan identitas digital.

Bahkan, para mitra di industri ini merasa lebih optimistis dengan menyatakan, 94% pelanggan mereka akan segera menggunakan identitas digital.

Baca Juga: Tren Piranti Teknologi di Beberapa Negara

2. Perkembangan otentikasi multifaktor semakin luas, meskipun penerapan Zero Trust walau perlahan, namun terus tumbuh

Lebih dari 83% responden end user mengatakan, saat ini, organisasi mereka telah menggunakan otentikasi multifaktor (MFA), terutama disebabkan karena rentannya sistem penggunaan kata sandi (password).

Bagi banyak responden, hal ini menjadi langkah awal dari perjalanan panjangmenuju penerapan Zero Trust, yaitu sistem keamanan yang standarnya menerapkan pemahaman untuk tidak percaya kepada siapapun.

Baik itu pihak internal maupun eksternal, sehingga selalu meminta verifikasi terlebih dahulu.

Menurut survei, pendekatan Zero Trust telah diterapkan pada 16% organisasi yang memiliki lebih dari 100.000 karyawan dan 14% pada organisasi dengan jumlah karyawan 10.000.

Dengan semakin meluasnya penggunaan MFA, maka masa penggunaan kata sandi diantisipasi akan semakin berkurang.

Pengembangan standar baru seperti FIDO (Fast Identity Online) yang menggunakan teknik kriptografi public-key untuk menyediakan autentikasi yang anti serangan phishing, akan membuka jalan menuju opsi autentikasi baru.

Dan, lebih aman yang akan menjadi bagian dari arsitektur Zero Trust yang lebih kuat.

3. Keberlanjutan menjadi pendorong utama dalam pengambilan keputusan bisnis

Para responden survei HID menyatakan, keberlanjutan terus menempati peringkat teratas prioritas bisnis.

Para mitra dan end user rata-rata memberikan peringkat Penting di angka 4, dari skala 1-5. Selain itu, 74% end user menunjukkan, pentingnya keberlanjutan telah meningkat selama setahun terakhir.

Lalu, 80% mitra melaporkan tren ini juga menjadi semakin penting di antara pelanggan mereka.

Sehingga, tidak menutup kemungkinan akan adanya penekanan secara kontinu akan solusi-solusi yang meminimalisir penggunaan energi, mengurangi pembuangan limbah, dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya.

Peralihan ke solusi berbasis cloud dan peningkatan penggunaan perangkat selular merupakan dua strategi yang jelas untuk mencapai tujuan keberlanjutan ini.

Baca Juga: HID Global Sediakan Solusi Perbankan Komprehensif dengan Alat Pembaca Kartu Identitas

4. Momentum biometrik semakin mengesankan

Pada survei tahun ini, 39% installer dan integrator mengatakan pelanggan mereka menggunakan fingerprint (sidik jari) atau palm print (telapak tangan), dan 30% responden mengaku memanfaatkan facial recognition.

Momentum ini terus meningkat ketika 8% responden berencana untuk menguji atau menerapkan salah satu bentuk biometrik pada tahun depan. Lalu, 12% responden juga berencana melakukannya dalam 3-5 tahun ke depan.

5. Manajemen identitas mengarah pada penggunaan cloud

Hampir separuh end user sedang beralih ke manajemen identitas berbasis cloud, di mana 24% responden mengaku telah menggunakannya dan 24% lainnya sedang berproses menuju sistem tersebut.

Para mitra industri mengatakan, pelanggan mereka menghadapi beberapa kendala, termasuk ketergantungan pada peralatan lama/on-prem (28%), kurangnya anggaran (24%), dan identitas berbasis cloud tidak menjadi prioritas kegiatan bisnis (21%).

6. Munculnya AI untuk penggunaan analitik. 

Percakapan mengenai AI telah mendominasi lanskap bisnis dan banyak profesional bidang kemanan yang melihat bahwa kemampuan analitik AI dapat dengan mudah dicapai.

Daripada mengandalkan AI untuk menginformasikan sistem keamanan secara keseluruhan, kita dapat memanfaatkan kemampuan analitik untuk mengoperasionalkan AI demi hasil yang cepat didapat.

Dalam skenario ini, 35% end user mengaku akan menguji atau menerapkan beberapa kemampuan AI dalam 3-5 tahun ke depan. Sedangkan, 15% responden juga mengaku telah menggunakan biometrik yang mendukung AI.

Prabhuraj Patil, Commercial Director, Physical Access Control Solutions, ASEAN & Subkontinen India HID, mengatakan, untuk di Indonesia, beberapa tren yang HID perhatikan cukup menonjol diantaranya adalah Mobile IDs yang perlahan namun pasti semakin diterima oleh masyarakat Indonesia.

Hal ini didukung oleh koneksi selular dan penetrasi Internet yang cukup tinggi dibanding dengan populasi jumlah penduduk Indonesia.

Baca Juga: HID Global Perkenalkan Printer Retransfer Tercepat guna Personalisasi Kartu Identitas

Selain itu, Praburaj bilang gaya hidup masyarakat Indonesia yang banyak menggunakan media digital dan pembayaran mendorong kebutuhan Mobile IDs secara berkelanjutan.

"Potensi pemanfaatan Mobile ID sebagai bagian dari solusi kontrol akses fisik relatif signifikan di Indonesia, namun perlu waktu bagi manajer keamanan untuk memahami bahwa sistem ini lebih aman dan nyaman dibandingkan dengan sistem kontrol akses yang ada saat ini," katanya dalam paparan kepada awak media, Kamis (21/3).

Menurut laporan WeAreSocial 2023, dengan lebih dari 276 juta penduduk, koneksi mobile selular mencapai lebih dari 120% dibanding total populasi penduduk Indonesia, dengan penetrasi Internet 77%.

Tercatat lebih dari 178 juta orang berbelanja keperluan sehari-hari dari internet. Bahkan, tercatat 39% transaksi digital memanfaatkan fitur pembayaran dengan dompet digital dan selular.

Selain Mobile ID, teknologi biometrik semakin banyak diterapkan di Indonesia. Teknologi ini semakin banyak digunakan di instansi-instansi untuk beragam kegunaan.

Mulai dari pengaplikasian sidik jari sebagai akses masuk gedung atau deteksi wajah untuk absensi kuliah hingga ada rencana Kementerian Kominfo untuk menerapkan biometrik demi proses verifikasi SIM Card.

Terakhir, namun tak kalah pentingnya, AI pun semakin menjamur di Indonesia seiring bertumbuhnya perusahaan startup di bidang teknologi. Sehingga, per 2023, Indonesia pun termasuk dalam tiga besar negara yang mengakses aplikasi AI di dunia, setelah Amerika Serikat dan India.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Jane Aprilyani