Laporan intelijen Amerika Serikat mengungkap Mohammed bin Salman mengincar Khashoggi



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Setelah sempat mengendap, isu pembuhuhan Jamal Khashoggi kembali memanas. Kali ini sebuah laporan intelijen Amerika Serikat makin menguatkan tuduhan keterlibatan putra mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman atau yang populer dengan sebutan MBS.

Seperti diwartakan AFP, sebuah laporan intelijen mengindikasikan bahwa MBS pernah mengatakan pada ajudan seniornya, Turki Aldakhil, bahwa sang pangeran memang mengincar Khashoggi. Bahkan, MBS mengeluarkan nada ancaman yang menyebut akan mengejar jurnalis tersebut dengan peluru.

MBS mengatakan bahwa jika Khashoggi tidak bisa dibujuk untuk kembali ke Arab Saudi, maka dia harus dipulangkan secara paksa. Jika tidak satu pun dari metode itu berhasil, maka dia akan mengejar Khashoggi "dengan peluru".


Percakapan tersebut dilakukan pada September 2017 atau sekitar setahun sebelum Khasoggi tewas terbunuh di Konsulat Arab Saudi yang berada di Istanbul, Turki. 

Pada bulan yang sama dengan pembicaraan tersebut, tulisan opini Khashoggi di The Washington Post yang mengkritik kerajaan juga terbit, yang membuat pihak Arab Saudi geram. 

Pembicaraan itu dicegat oleh badan intelijen AS, sebagai bagian dari upaya rutin Badan Keamanan Nasional dan lembaga lainnya untuk menangkap dan menyimpan komunikasi para pemimpin global termasuk dari pihak sekutu AS.

Intelijen AS memahami bahwa MBS, penguasa de facto berusia 33 tahun tersebut siap untuk membunuh Khashoggi.

Setelah awalnya menyangkal mengetahui hilangnya Khashoggi, pihak kerajaan akhirnya mengakui bahwa sebuah tim khusus telah membunuhnya di dalam misi diplomatik. Tetapi Arab Saudi menggambarkannya sebagai operasi gelap yang tidak melibatkan putra mahkota.

Editor: Tendi Mahadi