Larangan ekspor Indonesia bikin harga nikel China terbang ke level rekor



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga nikel Shanghai melompat ke rekor tertingginya pada transaksi Selasa (3/9). Melonjaknya harga nikel terjadi setelah pemerintah Indonesia menyatakan akan melarang ekspor bijih nikel atau nikel ore. Larangan ekspor bijih nikel ini akan mulai berlaku pada 1 Januari 2020, atau dua tahun lebih cepat dari rencana semula.

Mengutip Reuters, harga kontrak nikel yang paling sering ditransaksikan di Shanghai Futures Exchange melonjak sebesar 8,9% ke rekor tertingginya menjadi 149,190 yuan atau US$ 21.034,01 per ton. Sedangkan harga nikel London reli sebesar 7,1% pada transaksi pagi waktu setempat. 

Baca Juga: Nikel kian mahal, analis rekomendasikan empat saham ini


Seperti yang diberitakan sebelumnya, keputusan atau kebijakan untuk mempercepat larangan ekspor nikel ini dilatarbelakangi oleh sejumlah alasan. Pertama, untuk menjaga cadangan nikel. 

Berdasarkan data Kementerian ESDM, saat ini cadangan terbukti komoditas nikel nasional Indonesia sebesar 698 juta ton. Cadangan ini hanya menjamin suplai bijih nikel untuk fasilitas pemurnian selama 7 tahun hingga 8 tahun. Sedangkan cadangan terkira sebesar 2,8 miliar ton. Untuk meningkatkan cadangan terkira menjadi terbukti masih memerlukan faktor pengubah seperti kemudahan akses, perizinan, dan keekonomian.

Baca Juga: Kementerian ESDM: Hasil ekspor nikel tak cukup untuk bangun smelter

Dengan begitu, cadangan yang ada sekarang ini belum dapat memenuhi umur keekonomian fasilitas pemurnian sehingga pemerintah memperlukan upaya penghentian rekomendasi ekspor bijih nikel kadar rendah hingga 31 Desember 2019.

Kedua, pertimbangan mempercepat larangan eskpor nikel juga lantaran banyaknya smelter nikel yang sudah ada di dalam negeri. Bambang bilang, saat ini sudah ada sebanyak 11 smelter yang terbangun serta 25 smelter dalam tahap pembangunan, sehingga totalnya bakal ada 36 smelter.

Baca Juga: Realisasi ekspor nikal periode 2017-Juli 2019 sebesar 38,29 juta ton

Ketiga, adanya teknologi untuk mengolah nikel kadar rendah yang bisa diubah menjadi cobalt serta lithium sebagai bahan baku pembuatan baterai untuk kendaraan listrik.

“Dengan sumber daya nikel di Filipina semakin menipis dibandingkan dengan 2014 ketika Indonesia terakhir melarang ekspor, kemampuan Tiongkok untuk menemukan sumber nikel lain sangat terbatas. Ini membuat para pedagang berebut untuk mengamankan pasokan,” kata tim riset ANZ seperti yang dikutip Reuters.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie