JAKARTA. Untuk mencapai swasembada pangan dalam tiga tahun mendatang, pemerintah harus mulai memberdayakan petani dan peternak lokal. Salah satunya dengan memberdayakan peternak sapi dan kerbau lokal. Pembatasan impor sapi bakalan dan larangan impor secondary cut dan jeroan juga dinilai tidak menganggu pasokan sapi lokal. Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana mengatakan, pembatasan impor sapi bakalan dan impor secondary cut dan jeroan tidak menganggu pasokan dari sapi dan kerbau lokal milik peternak. Sebab pasokan sapi lokal di dalam negeri sudah mulai bertambah. Apalagi pembatasan impor sapi bakalan hanya sekitar 45% saja. "Saat ini, harga sapi lokal memang tinggi. Di pasaran harga sapi hidup sekitar Rp 42.000 per kilogram (kg)," ujar Teguh kepada KONTAN, Minggu (1/2).
Larangan impor jeroan sapi menimbulkan pro kontra
JAKARTA. Untuk mencapai swasembada pangan dalam tiga tahun mendatang, pemerintah harus mulai memberdayakan petani dan peternak lokal. Salah satunya dengan memberdayakan peternak sapi dan kerbau lokal. Pembatasan impor sapi bakalan dan larangan impor secondary cut dan jeroan juga dinilai tidak menganggu pasokan sapi lokal. Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana mengatakan, pembatasan impor sapi bakalan dan impor secondary cut dan jeroan tidak menganggu pasokan dari sapi dan kerbau lokal milik peternak. Sebab pasokan sapi lokal di dalam negeri sudah mulai bertambah. Apalagi pembatasan impor sapi bakalan hanya sekitar 45% saja. "Saat ini, harga sapi lokal memang tinggi. Di pasaran harga sapi hidup sekitar Rp 42.000 per kilogram (kg)," ujar Teguh kepada KONTAN, Minggu (1/2).