Larangan TikTok di AS Berpotensi Menghancurkan Banyak Bisnis di Inggris



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Larangan TikTok di Amerika Serikat (AS) memiliki dampak yang berpotensi menghancurkan sejumlah bisnis di Inggris. Demikian peringatan para penjual online.

Mengutip BBC, Presiden AS Joe Biden telah menandatangani undang-undang yang memberikan waktu sembilan bulan kepada pemilik TikTok di Tiongkok, ByteDance, untuk menjual sahamnya di aplikasi tersebut atau aplikasi tersebut akan diblokir di AS. TikTok mengatakan akan menantang hal ini di pengadilan.

Menurut TikTok, sekitar 1,5 juta bisnis di Inggris beroperasi dengan aplikasi ini.


Isobel Perl, pendiri Perl Cosmetics di London, khawatir dengan kemungkinan dampak larangan tersebut karena seperempat penjualannya kini berasal dari Amerika.

Perl mendirikan bisnis perawatan kulit dan aksesorisnya setelah kehilangan pekerjaannya selama pandemi dan menggunakan aplikasi seperti TikTok untuk mengarahkan lalu lintas ke situs webnya.

Enam bulan pertama adalah memikirkan cara menjalankan bisnis sendiri. Baru setelah dia mulai menggunakan TikTok, merek tersebut benar-benar berkembang pesat, katanya.

"Saya kebanyakan menggunakan TikTok untuk mendorong penjualan ke situs web kami, dari semua aplikasi media sosial, aplikasi ini menghasilkan lalu lintas paling banyak," jelasnya.

Dia telah menggunakan aplikasi tersebut untuk mengembangkan bisnisnya di luar Inggris.

"Larangan TikTok di AS dapat berpotensi menghancurkan bisnis di Inggris, TikTok adalah cara unik untuk menjangkau pelanggan,” katanya.

Baca Juga: Senat AS Setujui RUU Paksa Penjualan TikTok

Kyle Frank, pendiri Franks Remedies, juga menjual produk perawatan kulit di TikTok.

Dia bekerja keras untuk mengembangkan basis pelanggannya pada aplikasi tersebut dan Amerika kini menjadi pasar yang besar baginya.

Dia mengatakan kepada program Marketplace BBC World Service, bahwa larangan tersebut akan sangat merugikan bisnisnya.

“Pada bulan-bulan tertentu 60-70% penjualan bulanan kami berasal dari Amerika,” ujarnya.

Amerika telah menjadi pasar terbesar kedua dan TikTok telah menjadi cara yang sukses untuk menjangkau pelanggan tersebut, tambahnya.

“Kami tidak perlu mengeluarkan uang untuk iklan atau pemasaran guna mendapatkan pelanggan dan terhubung dengan mereka,” jelasnya.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, pada Selasa (23/4/2024) malam, Senat AS memberikan suara yang mendukung undang-undang yang akan melarang TikTok di Amerika Serikat jika pemiliknya, perusahaan teknologi China ByteDance, gagal mendivestasikan aplikasi video pendek populer tersebut ke pasar dalam kurun waktu sembilan bulan hingga satu tahun ke depan.

Baca Juga: China: Pelarangan TikTok Akan Merugikan Amerika Serikat Sendiri

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie