Latihan Militer Gabungan AS-Israel Dimulai, Libatkan Jet Tempur Berkemampuan Nuklir



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Aliansi Amerika Serikat (AS) dan Israel resmi memulai latihan militer gabungan skala besar pada hari Senin (23/1). Latihan ini diikuti oleh lusinan kapal dan 142 pesawat, termasuk pesawat bomber berkemampuan nuklir.

Latihan bertajuk "Juniper Oak" ini dijadwalkan berlangsung hingga hari Jumat pekan ini. Mengutip Reuters, latihan ini bertujuan untuk memperkuat dan memperdalam integrasi antara militer AS dan Israel.

Perencanaan latihan dimulai hanya beberapa bulan yang lalu, tepat sebelum Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendapatkan kembali jabatannya pada 29 Desember.


Baca Juga: Latihan Militer Rusia, China, dan Afrika Selatan Akan Libatkan Rudal Hipersonik

Seorang pejabat militer AS mengatakan latihan itu akan menunjukkan bagaimana negaranya dapat secara efektif meningkatkan kehadiran militernya yang siap tempur ke Timur Tengah, bahkan ketika mereka masih disibukkan dengan urusan di Ukraina.

Latihan ini juga berlangsung ketika ketegangan antara AS dan Israel dengan Iran terkait program nuklir memuncak.

Para pejabat yakin bahwa latihan militer ini akan menarik perhatian Iran, namun mereka menegaskan bahwa latihan ini sama sekali tidak berorientasi pada pihak tertentu termasuk Iran.

Baca Juga: Rusia: Tank-Tank Inggris Akan Terbakar Habis di Ukraina

Libatkan Jet Tempur Berkemampuan Nuklir

Latihan militer gabungan Juniper Oak akan mencakup latihan tembakan langsung dan melibatkan 6.400 pasukan AS, banyak di antaranya akan berada di atas kapal induk George H.W. Bush. Sedangkan Israel mengirim sekitar 450 tentara di darat.

Di udara, AS mengerahkan jet tempur F-35, F-15, F-16, dan F-18. Pesawat pembom Boeing B-52 Stratofortress juga dilibatkan. 

Bomber B-52 milik AS diketahui memiliki kemampuan nuklir.

Latihan akan berlangsung jarak jauh, yang melibatkan darat, laut, udara dan ruang angkasa secara sekaligus.

"Saya pikir skala latihan itu relevan dengan berbagai skenario. Ini benar-benar dimaksudkan sebagian besar untuk memperkuat kemampuan kami dalam melakukan hal-hal pada skala ini dengan Israel melawan berbagai macam ancaman yang berbeda," ungkap seorang pejabat militer AS kepada Reuters.