Selain menawarkan kenikmatan dan kesegaran, secangkir kopi juga bisa menjadi karya seni yang memikat mata. Di tangan para barista atau peracik kopi, permukaan air kopi yang disajikan di cangkir bisa dilukis, sehingga menghasilkan gambar-gambar yang menakjubkan. Karya seni yang dituangkan di dalam cangkir-cangkir kopi ini disebut latte art. Gambar yang dihasilkannya bisa berupa daun, bunga, hati, dan aneka hewan, seperti burung, monyet, dan lainnya.Seni ini berasal dari Italia yang kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia. “Baru masuk Indonesia sekitar lima tahun lalu, tapi baru ramai sekitar satu atau dua tahun belakangan,” kata Franky Angkawijaya, pemilik Monolog Cafe di Jakarta. Franky sendiri dikenal sebagai seorang pakar latte art di Indonesia yang memiliki sekolah barista bernama Esperto Barista Course. Selain sebagai karya seni, latte art juga memiliki nilai komersial. Karena tidak jarang pelanggan kafe memesan kopi latte art.Makanya, latte art berfungsi bukan hanya menampilkan sisi estetis dalam secangkir kopi. Tetapi juga untuk mendapatkan rasa kopi yang lebih baik. Maka itu, tak sembarang orang bisa membuat latte art. "Untuk mendapatkan rasa yang enak, komposisi kopi, susu, dan cokelatnya itu harus pas," ujarnya. Beberapa alat bantu yang diperlukan untuk menghasilkan karya latte art di antaranya steamer susu yang menghasilkan buih susu, shaker, dan cairan cokelat. Sementara untuk membentuk gambar-gambar di atas permukaan kopi, bisa digunakan termometer.Di Monolog Cafe, racikan kopi latte art sudah menjadi andalan di kafe ini. Kopi lukis ini dibanderol sekitar Rp 25.000 per gelas. Dalam satu hari ia bisa menjual sekitar 300 cangkir latte art. Jadi dari jualan kopi ini saja omzetnya mencapai Rp 7,5 juta per hari, atau Rp 225 juta per bulan. Kafe lain yang juga mengandalkan sajian latte art adalah Anomali Coffee yang berada di Jakarta Selatan. Berdiri sejak tahun 2007, Anomali Coffee sudah memiliki empat outlet di Jakarta dan satu di Bali. Gunawan Yusuf, Manajer Anomali Coffee bilang, latte art sangat diminati para pengunjung kafe.Untuk melayani pembuatan latte art ini, Anomali Coffee mempekerjakan sebanyak lima barista. "Kopi latte art ini dibanderol mulai dari Rp 23.000 hingga Rp 36.000 per gelas," jelas Gunanwan. Omzet rata-rata setiap bulannya sekitar Rp 100 juta, dengan laba 30%. Seiring semakin bagusnya tren latte art di mata penikmat kopi, Anomali Coffee berencana menambah jumlah gerainya di tahun ini. Pebisnis lain yang juga berkecimpung dalam dunia latte art adalah Ismail Basri. Ia mulai terjun ke bisnis menghias kopi sejak tahun 2009 akhir. Awalnya, ia hanyalah seorang barista yang bekerja di beberapa kafe. Tapi belakangan, ia terdorong untuk memiliki usaha sendiri dalam bisnis ini. Saat ini, ia sudah memiliki saham di beberapa kafe yang ada di Balikpapan, Surabaya, dan Jakarta. "Saya juga akan membuat nama baru atas usaha saya ini," jelas Ismail. Dari usahanya ini, Ismail mengaku meraup omzet Rp 60 juta per bulan, dengan laba bersih 40%. "Saya jual dengan harga Rp 23.000 per gelas," ujarnya.Myra Yudhawati, Sales & Marketing Caswell Coffees yang berdiri sejak 2001 dan berlokasi di Kemang, Jakarta bilang, latte art kian berkembang di Indonesia. Menurutnya, keindahan yang tampak dari latte art mampu menggugah orang untuk menyicipi dan menikmati kopi. "Latte art memberikan daya tarik tersendiri untuk menikmati secangkir kopi," ucapnyaAndri Gunawan, barista senior di Java Dancer Coffee yang berdiri sejak akhir 2008 di Malang, Jawa Timur, mengatakan bahwa latte art merupakan kemampuan "bonus" yang dimiliki oleh barista. Seiring berkembangnya latte art, kebutuhan akan barista terampil juga terus meningkat. Menurut Andri, tak perlu pelatihan khusus untuk mendalami latte art. Sebab, banyak barista yang punya jam terbang tinggi bisa melakukannnya. Ia menyarankan, bagi mereka yang tertarik mendalami latte art wajib memahami cara pembuatan kopi secara benar. "Kopi itu bukan hanya dibentuk tapi juga diminum, jadi soal rasa tetap prioritas utama," ucapnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Latte art: Kopi tersaji cantik, labanya pun ciamik
Selain menawarkan kenikmatan dan kesegaran, secangkir kopi juga bisa menjadi karya seni yang memikat mata. Di tangan para barista atau peracik kopi, permukaan air kopi yang disajikan di cangkir bisa dilukis, sehingga menghasilkan gambar-gambar yang menakjubkan. Karya seni yang dituangkan di dalam cangkir-cangkir kopi ini disebut latte art. Gambar yang dihasilkannya bisa berupa daun, bunga, hati, dan aneka hewan, seperti burung, monyet, dan lainnya.Seni ini berasal dari Italia yang kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia. “Baru masuk Indonesia sekitar lima tahun lalu, tapi baru ramai sekitar satu atau dua tahun belakangan,” kata Franky Angkawijaya, pemilik Monolog Cafe di Jakarta. Franky sendiri dikenal sebagai seorang pakar latte art di Indonesia yang memiliki sekolah barista bernama Esperto Barista Course. Selain sebagai karya seni, latte art juga memiliki nilai komersial. Karena tidak jarang pelanggan kafe memesan kopi latte art.Makanya, latte art berfungsi bukan hanya menampilkan sisi estetis dalam secangkir kopi. Tetapi juga untuk mendapatkan rasa kopi yang lebih baik. Maka itu, tak sembarang orang bisa membuat latte art. "Untuk mendapatkan rasa yang enak, komposisi kopi, susu, dan cokelatnya itu harus pas," ujarnya. Beberapa alat bantu yang diperlukan untuk menghasilkan karya latte art di antaranya steamer susu yang menghasilkan buih susu, shaker, dan cairan cokelat. Sementara untuk membentuk gambar-gambar di atas permukaan kopi, bisa digunakan termometer.Di Monolog Cafe, racikan kopi latte art sudah menjadi andalan di kafe ini. Kopi lukis ini dibanderol sekitar Rp 25.000 per gelas. Dalam satu hari ia bisa menjual sekitar 300 cangkir latte art. Jadi dari jualan kopi ini saja omzetnya mencapai Rp 7,5 juta per hari, atau Rp 225 juta per bulan. Kafe lain yang juga mengandalkan sajian latte art adalah Anomali Coffee yang berada di Jakarta Selatan. Berdiri sejak tahun 2007, Anomali Coffee sudah memiliki empat outlet di Jakarta dan satu di Bali. Gunawan Yusuf, Manajer Anomali Coffee bilang, latte art sangat diminati para pengunjung kafe.Untuk melayani pembuatan latte art ini, Anomali Coffee mempekerjakan sebanyak lima barista. "Kopi latte art ini dibanderol mulai dari Rp 23.000 hingga Rp 36.000 per gelas," jelas Gunanwan. Omzet rata-rata setiap bulannya sekitar Rp 100 juta, dengan laba 30%. Seiring semakin bagusnya tren latte art di mata penikmat kopi, Anomali Coffee berencana menambah jumlah gerainya di tahun ini. Pebisnis lain yang juga berkecimpung dalam dunia latte art adalah Ismail Basri. Ia mulai terjun ke bisnis menghias kopi sejak tahun 2009 akhir. Awalnya, ia hanyalah seorang barista yang bekerja di beberapa kafe. Tapi belakangan, ia terdorong untuk memiliki usaha sendiri dalam bisnis ini. Saat ini, ia sudah memiliki saham di beberapa kafe yang ada di Balikpapan, Surabaya, dan Jakarta. "Saya juga akan membuat nama baru atas usaha saya ini," jelas Ismail. Dari usahanya ini, Ismail mengaku meraup omzet Rp 60 juta per bulan, dengan laba bersih 40%. "Saya jual dengan harga Rp 23.000 per gelas," ujarnya.Myra Yudhawati, Sales & Marketing Caswell Coffees yang berdiri sejak 2001 dan berlokasi di Kemang, Jakarta bilang, latte art kian berkembang di Indonesia. Menurutnya, keindahan yang tampak dari latte art mampu menggugah orang untuk menyicipi dan menikmati kopi. "Latte art memberikan daya tarik tersendiri untuk menikmati secangkir kopi," ucapnyaAndri Gunawan, barista senior di Java Dancer Coffee yang berdiri sejak akhir 2008 di Malang, Jawa Timur, mengatakan bahwa latte art merupakan kemampuan "bonus" yang dimiliki oleh barista. Seiring berkembangnya latte art, kebutuhan akan barista terampil juga terus meningkat. Menurut Andri, tak perlu pelatihan khusus untuk mendalami latte art. Sebab, banyak barista yang punya jam terbang tinggi bisa melakukannnya. Ia menyarankan, bagi mereka yang tertarik mendalami latte art wajib memahami cara pembuatan kopi secara benar. "Kopi itu bukan hanya dibentuk tapi juga diminum, jadi soal rasa tetap prioritas utama," ucapnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News