KONTAN.CO.ID - LAUT CHINA SELATAN - Situasi di Laut China Selatan semakin memanas. Tiga negara - yakni China, Filipina, dan Amerika - saling mengeluarkan pernyataan keras yang membuat kondisi semakin genting. Mengutip
BBC News, Presiden AS Joe Biden telah memperingatkan China bahwa AS akan membela Filipina jika terjadi serangan di Laut China Selatan yang disengketakan. Pernyataan tersebut muncul selang beberapa hari setelah terjadi insiden tabrakan antara kapal Filipina dan Tiongkok di perairan yang diperebutkan.
Biden menegaskan kembali komitmen pertahanannya yang kuat terhadap Filipina. Manila telah menentang klaim China atas perairan tersebut, memotong penghalang terapung dan mengundang media untuk memfilmkan apa yang mereka sebut sebagai tindakan berbahaya Beijing di laut. Pernyataan Biden mengenai Laut China Selatan pada hari Rabu adalah pernyataan terkuatnya sejak ketegangan antara Beijing dan Manila memanas dalam beberapa bulan terakhir.
Baca Juga: Gedung Putih Sebut Iran Aktif Memfasilitasi Beberapa Serangan ke Pangkalan Militer AS “Saya ingin memperjelas – saya ingin memperjelas: komitmen pertahanan Amerika Serikat terhadap Filipina sangat kuat. Perjanjian pertahanan Amerika Serikat dengan Filipina sangat kuat,” katanya. Ditandatangani pada tahun 1951, Perjanjian Pertahanan Bersama mengikat AS dan Filipina, bekas jajahannya, untuk saling membela jika terjadi serangan bersenjata. “Setiap serangan terhadap pesawat, kapal, atau angkatan bersenjata Filipina akan mengacu pada Perjanjian Pertahanan Bersama dengan Filipina,” tambahnya dalam pidatonya di Gedung Putih pada hari Rabu, saat menyambut Perdana Menteri Australia Anthony Albanese.
Tanggapan keras China
China menanggapi pernyataan Amerika dengan tidak kalah kerasnya. Melansir
Reuters, China menegaskan bahwa AS tidak punya hak untuk terlibat dalam masalah antara China dan Filipina. Pernyataan tersebut dirilis oleh Kementerian Luar Negeri China pada Kamis (26/10/2023), ketika ketegangan meningkat akibat konflik di perairan yang disengketakan di Laut China Selatan. “AS bukan pihak yang terlibat dalam masalah Laut China Selatan, AS tidak punya hak untuk terlibat dalam masalah antara Tiongkok dan Filipina,” kata juru bicara kementerian Mao Ning. China dan Filipina telah beberapa kali terlibat konfrontasi tingkat tinggi di Laut China Selatan, terutama di perairan yang disengketakan di sekitar Second Thomas Shoal, bagian dari Kepulauan Spratly.
Baca Juga: Bentrok dengan China, Filipina Bakal Melakukan Modernisasi Militer Minggu lalu, sebuah kapal China bertabrakan dengan kapal Filipina. Akibat insiden itu, Manila mengutuk dalam tingkat yang paling keras atas manuver pemblokiran yang berbahaya terhadap kapal tersebut. “Janji AS untuk membela Filipina tidak boleh merugikan kedaulatan dan kepentingan maritim China di Laut China Selatan, dan juga tidak boleh mendukung dan mendorong klaim ilegal Filipina,” kata Mao. Informasi tambahan saja, Amerika Serikat dan Filipina baru-baru ini menyepakati pedoman baru untuk Perjanjian Pertahanan Bersama tahun 1951. Pedoman tersebut sekarang secara khusus menyebutkan bahwa komitmen pertahanan bersama akan diterapkan jika terjadi serangan bersenjata terhadap salah satu negara “di mana pun di Laut Cina Selatan”.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie