JAKARTA. Emisi gas rumah kaca termasuk karbon dioksida (CO2) yang berasal dari aktivitas manusia telah merubah iklim dunia. Upaya untuk menguranginya menjadi topik utama berbagai diskusi tentang perubahan iklim global saat ini. Baru-baru ini, para ilmuwan menemukan fungsi penting dari ekosistem pesisir dan laut tropis sebagai penyerapan dan penyimpanan karbon, yang dikenal dengan karbon biru (Blue Carbon). Ekosistem pesisirĀ dan lautan Indonesia memiliki kontribusi yang sangat besar dalam penyerapan karbon, diperkirakan hingga 138 Juta ton per tahun. Sebagai Negara kepulauan yang terletak di sepanjang garis khatulistiwa, Indonesia memiliki iklim hangat di seluruh negeri dan telah membuat lingkungan laut serta pesisir Indonesia menjadi habitat yang cocok untuk pertumbuhan mangrove dan padang lamun. "Bahkan, Indonesia memiliki ekosistem mangrove 3,1 juta hektar (ha) atau 23% dari mangrove dunia dan padang lamun terbesar di dunia, yaitu 30 juta hektar. Hal ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan untuk mengurangi dampak perubahan iklim tidak hanya untuk ekosistem pesisir dan laut tetapi juga untuk lingkungan terestrial", ujar Sharif C. Sutardjo Menteri Kelautan dan Perikanan, dalam siaran persnya, Kamis (15/4). Sedangkan di area Coral Triangle, ekosistem ini mencakup 52% dari distribusi global. Dengan demikian, potensi ekosistem perlu dikelola, dimanfaatkan dan dipertahankan keberlanjutannya sehingga ekosistem ini diharapkan dapat mengurangi 25% emisi karbon secara global dan juga memberikan manfaat langsung pada masyarakat nelayan melalui kelestarian lingkungan sumberdaya ikan. Sharif menjelaskan, analisis global yang pertama diterbitkan tentang karbon yang tersimpan di padang lamun melaporkan bahwa ekosistem lamun dapat menyimpan hingga 830 ton karbon per meter kubik per hektar, terutama di sedimen di bawah padang lamun. Demikian juga ekosistem mangrove telah dikenal memiliki produktivitas yang tinggi dalam siklus karbon. Ekosistem ini dapat menyimpan sejumlah besar karbon dalam sedimen organik yang dalam, dan menyimpan lima kali lebih banyak karbon. Sebagaimana yang telah diamati pada iklim, jika dibandingkan kemampuan penyimpanan hutan hujan tropis. "Jumlah penyimpanan karbon yang tinggi ini menunjukkan bahwa ekosistem mangrove dapat memainkan peranan penting dalam mitigasi perubahan iklim. Kita dapat membayangkan berapa banyak karbon yang tersimpan dalam kedua ekosistem ini", kata Sharif.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Laut Indonesia mampu serap karbon 138 juta ton
JAKARTA. Emisi gas rumah kaca termasuk karbon dioksida (CO2) yang berasal dari aktivitas manusia telah merubah iklim dunia. Upaya untuk menguranginya menjadi topik utama berbagai diskusi tentang perubahan iklim global saat ini. Baru-baru ini, para ilmuwan menemukan fungsi penting dari ekosistem pesisir dan laut tropis sebagai penyerapan dan penyimpanan karbon, yang dikenal dengan karbon biru (Blue Carbon). Ekosistem pesisirĀ dan lautan Indonesia memiliki kontribusi yang sangat besar dalam penyerapan karbon, diperkirakan hingga 138 Juta ton per tahun. Sebagai Negara kepulauan yang terletak di sepanjang garis khatulistiwa, Indonesia memiliki iklim hangat di seluruh negeri dan telah membuat lingkungan laut serta pesisir Indonesia menjadi habitat yang cocok untuk pertumbuhan mangrove dan padang lamun. "Bahkan, Indonesia memiliki ekosistem mangrove 3,1 juta hektar (ha) atau 23% dari mangrove dunia dan padang lamun terbesar di dunia, yaitu 30 juta hektar. Hal ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan untuk mengurangi dampak perubahan iklim tidak hanya untuk ekosistem pesisir dan laut tetapi juga untuk lingkungan terestrial", ujar Sharif C. Sutardjo Menteri Kelautan dan Perikanan, dalam siaran persnya, Kamis (15/4). Sedangkan di area Coral Triangle, ekosistem ini mencakup 52% dari distribusi global. Dengan demikian, potensi ekosistem perlu dikelola, dimanfaatkan dan dipertahankan keberlanjutannya sehingga ekosistem ini diharapkan dapat mengurangi 25% emisi karbon secara global dan juga memberikan manfaat langsung pada masyarakat nelayan melalui kelestarian lingkungan sumberdaya ikan. Sharif menjelaskan, analisis global yang pertama diterbitkan tentang karbon yang tersimpan di padang lamun melaporkan bahwa ekosistem lamun dapat menyimpan hingga 830 ton karbon per meter kubik per hektar, terutama di sedimen di bawah padang lamun. Demikian juga ekosistem mangrove telah dikenal memiliki produktivitas yang tinggi dalam siklus karbon. Ekosistem ini dapat menyimpan sejumlah besar karbon dalam sedimen organik yang dalam, dan menyimpan lima kali lebih banyak karbon. Sebagaimana yang telah diamati pada iklim, jika dibandingkan kemampuan penyimpanan hutan hujan tropis. "Jumlah penyimpanan karbon yang tinggi ini menunjukkan bahwa ekosistem mangrove dapat memainkan peranan penting dalam mitigasi perubahan iklim. Kita dapat membayangkan berapa banyak karbon yang tersimpan dalam kedua ekosistem ini", kata Sharif.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News