Lautan Luas mengincar pengolahan air untuk pabrik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Lautan Luas Tbk ingin mencatatkan pertumbuhan, baik di lini bisnis distribusi, manufaktur, maupun jasa. Tak terkecuali, bisnis pengolahan air alias water treatment yang merupakan buah kerjasama dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Bisnis Lautan Luas berupa air baku. Sejauh ini, ada sekitar 400 PDAM di seluruh Indonesia yang menjadi klien mereka. Perusahaan berkode saham LTLS di Bursa Efek Indonesia tersebut memproduksi koagulan untuk membuat gumpalan atau endapan yang bisa memisahkan air dan lumpur.

Produk koagulan Lautan Luas seperti Poli aluminium klorida atau Poly aluminium chloride (PAC) yang berbasis aluminium. Ada pula koagulan berupa Aluminium sulfat.


Lokasi produksi PAC di Gresik, Jawa Timur dan Tangerang, Banten. Sementara produksi Aluminium sulfat berlangsung di Pulo Gadung Jakarta, Gresik dan Palembang Sumatra Selatan.

Meski sudah mendekap kerjasama bisnis dengan PDAM, Lautan Luas masih ingin memperluas jangkauan bisnis. "Kami lihat ada potensi untuk dijual ke pabrik-pabrik yang membutuhkan air juga," kata Ridwan Adipoetra, Head of Corporate Communications PT Lautan Luas Tbk kepada KONTAN, Minggu (18/2).

Hanya, belum jelas rencana perluasan klien bisnis pengolahan air Lautan Luas itu. Mereka juga tak secara spesifik menyebutkan target pendapatan bisnis pengolahan air pada tahun ini.

Yang pasti, fokus Lautan Luas tak cuma pengolahan air. Mereka juga berencana mengembangkan bisnis manufaktur lain yakni produk krimer Fiber Crme melalui anak perusahaan bernama PT Lautan Natural Krimerindo (Ellenka).

Fiber Crme ialah bahan makanan yang terbuat dari serat sayuran, oligosakarida dan minyak kelapa. Lautan Luas mengklaim, produk berbentuk bubuk tersebut sebagai produk makanan sehat yang bisa mengimbangi cita rasa santan.

Hingga kini, penjualan Fiber Crme hanya dalam skema business to consumer (B2C). Penjualan terjadi di pasar lokal dan mancanegara Eropa dan Amerika. Namun, porsi penjualan di luar negeri masih mini kalau dibandingkan dengan di dalam negeri.

Kalau respon pasar terhadap Fiber Crme ke depan semakin besar, Lautan Luas akan membuka penjualan dengan skema business to business (B2B). "Tentu kami bidik perusahaan makanan dan minuman, produk bisa jadi bahan pengganti bahan baku santan dan susu," katanya.

Informasi saja, Lautan Luas menjalankan pabrik krimer dengan kapasitas produksi terpasang 61.600 ton per tahun. Target produksi tahun lalu mencapai 30.000 ton. Sementara target produksi tahun ini naik 30% menjadi 39.000 ton krimer.

Hingga 30 September 2017, Lautan Luas mengantongi penjualan sebelum dikurangi eliminasi sebesar Rp 5,91 triliun. Lini bisnis distribusi adalah kontributor terbesar hingga Rp 3,59 triliun atau 60,74% terhadap penjualan tersebut. Sisa kontribusi dari lini bisnis manufaktur dan jasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini