JAKARTA. Pencalonan tujuh kandidat ketua umum Partai Golkar dianggap akan sulit mengalahkan calon petahanan Aburizal Bakrie apabila mereka tidak bersatu. Aburizal dianggap sangat mampu menggalang dukungan bahkan membuat skenario agar proses pemilihan dilakukan secara aklamasi. "Mereka ini harus melawan raksasa, yang boleh dikatakan pemimpin Golkar saat ini, yaitu Aburizal Bakrie yang masih memiliki kekuatan politik yang cukup besar. Kalau calon-calon itu bertarung secara bebas melawan Aburizal, saya kira akan sulit," kata pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bakti dalam diskusi di Jakarta, Minggu (16/11). Ikrar mengatakan, jika semua kubu tidak bersatu untuk melawan Aburizal, maka kekuatan justru lemah lantaran konsolidasi menjadi terpecah. Apalagi, Ikrar mengingatkan bahwa Partai Golkar adalah partai yang transaksional.
"Aburizal bukan tidak mungkin melakukan politik yang memecah belah dan mengambil kekuatan lawan-lawan politiknya dengan memberikan misalnya janji-janji politik tertentu," tutur Ikrar. Pengamat politik dari Indikator Politik, Burhanudin Muhtadi juga pesimistis dengan kekuatan yang digalang para calon ketua umum lain. "Kalau main sendiri-sendiri, memuluskan jalan Aburizal untuk berdiri sendiri. Mau nggak mau yah bersatu, siapa yang dianggap paling potensial menang untuk melawan Aburizal," katanya. Menanggapi hal itu, Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso mengaku bersatunya semua calon selain Aburizal sangat sulit dilakukan. Dia merasa yakin semua kandidat mampu bersaing dengan Aburizal apabila kompetisi dilakukan secara sehat. "Kalau kompetisi sehat, kita akan dukung siapa pun yang terpilih. Tapi kalau ternyata tidak sehat, kami tidak bertanggung jawab atas apa yang akan terjad nanti," ancam Priyo. Aburizal sebelumnya menyatakan siap untuk kembali mencalonkan diri sebagai ketua umum DPP Partai Golkar periode lima tahun ke depan. Aburizal mengaku telah mendapatkan dukungan yang cukup dari DPD I dan DPD II.