Lawan Inflasi, AS Pertimbangkan Cabut Beberapa Tarif China



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Kenaikan inflasi yang sulit dikontrol, membuat Amerika Serikat mengeluarkan berbagai jurus. Kali ini, Presiden Joe Biden meminta timnya mempertimbangkan opsi untuk mencabut beberapa tarif China yang diberlakukan oleh Donald Trump dalam meredam inlfasi, mengutip Reuters, Selasa (7/6). 

"Kami sedang melihat itu. Faktanya, presiden telah meminta kami di timnya untuk menganalisis itu. Jadi kami sedang melakukan itu untuknya dan dia harus membuat keputusan itu," kata Menteri Perdagangan A.S. Gina Raimondo.

Ia merinci daftar barang-barang yang bakal terbebas tarif itu. Mulai dari barang-barang rumah tangga hingga sepeda. Kendati demikian, pemerintah telah memutuskan untuk mempertahankan beberapa tarif pada baja dan aluminium untuk melindungi pekerja dan industri baja AS.


Baca Juga: Atasi Inflasi, Biden Pertimbangkan Cabut Beberapa Tarif China yang Diberlakukan Trump

Biden mengatakan dia sedang mempertimbangkan untuk menghapus beberapa tarif yang dikenakan pada barang-barang China senilai ratusan miliar dolar oleh pendahulunya pada 2018 dan 2019 di tengah perang perdagangan yang pahit antara dua ekonomi terbesar dunia.

China juga telah berargumen bahwa pengurangan tarif akan memangkas biaya bagi konsumen Amerika. Raimondo juga merasa kekurangan chip semikonduktor yang sedang berlangsung kemungkinan dapat berlanjut hingga 2024.

"Ada satu solusi untuk kekurangan chip semikonduktor ini. Kongres perlu bertindak dan mengesahkan RUU Chips. Saya tidak tahu mengapa mereka menunda," tambahnya. Lantaran, undang-undang tersebut bertujuan untuk meningkatkan semikonduktor AS.

Raimondo mengatakan dia tidak setuju dengan karakterisasi bahwa Rencana Penyelamatan Amerika senilai US$1,9 triliun ala Biden telah berkontribusi pada inflasi tinggi saat Covid-19 setahun yang lalu sebelum ditandatangani menjadi undang-undang itu. 

Ini menandai pencapaian tanda tangan tahun pertama Biden menjabat. Padahal sektor manufaktur memberi Amerika Serikat lebih banyak pukulan kompetitif melawan China.

Editor: Herlina Kartika Dewi