Layanan Grab Kitchen Ditutup, Grab Akui Ada PHK Belasan Karyawan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada 19 Desember 2022 mendatang, Grab Indonesia memutuskan untuk menutup Grab Kitchen. Alasannya, layanan ini tidak cukup memuaskan pasar. 

Grab melihat adanya kesenjangan antara permintaan dan pasokan layanan pesan-antar makanan minuman karena kurang memadainya merchant di wilayah tertentu. Akibatnya, pelanggan sulit memesan makanan yang diinginkannya dan di sisi lainnya mitra pengemudi GrabFood harus menempuh jarak yang jauh untuk menjangkau merchants terkait.

Untuk menjembatani kesenjangan ini, Grab bekerja sama dengan operator food court (yang telah memiliki perizinan terkait), dan mengajak para merchants unggulan GrabFood – baik yang berlokasi di Jakarta maupun luar Jakarta – untuk bergabung ke layanan ini.


Melalui Grab Kitchen para pelanggan dapat menjangkau makanan dan minuman mereka dengan waktu pemesanan yang lebih singkat dan biaya pengiriman yang lebih terjangkau melalui aplikasi GrabFood.

Sebagai informasi, Grab Kitchen merupakan bisnis cloud kitchen atau dapur sewa yang hanya melayani pesan-antar. Layanan ini memfasilitasi para merchants Food & Beverages (F&B), baik yang berlokasi di Jakarta maupun luar Jakarta agar lebih dekat dengan pelanggannya. 

Baca Juga: Grab Sediakan Fitur Keselamatan Pengguna, Telepon Bebas Pulsa hingga Lacak Perjalanan

Neneng  Goenadi, Country Managing Director Grab Indonesia mengatakan, Grab Kitchen mulai berdiri pada 2018. Seiring berjalannya waktu, pihaknya melihat layanan ini tidak sesuai dengan yang diharapkan. 

Product/Market Fit nya ini tidak cocok. Mungkin di dalam dunia bisnis itu biasa. Maka itu kami juga memastikannya dengan mencoba dalam kurun waktu tertentu,” jelasnya dalam acara Kompas 100 CEO Forum 2022 di Jakarta, Selasa (22/11).  

Belasan karyawan terdampak

Neneng mengatakan, sebagai perusahaan digital pihaknya melakukan inovasi, mencobanya, lalu melihat hasilnya. Namun setelah 4 tahun berjalan bahkan tetap dipertahankan di masa pandemi, Grab Kitchen tidak memberikan hasil yang diharapkan. Maka itu pihaknya membuat keputusan untuk menutup layanan ini. 

Neneng menyatakan dalam proses membuat keputusan ini, pihaknya berdiskusi dengan para merchant yang bergabung di layanan ini karena mayoritas merupakan merchant Grab Food. 

Akibat penutupan layanan ini, ada belasan karyawan yang terdampak. Namun, dia menjelaskan, Grab menawarkan dua opsi yakni pemutusan hubungan kerja (PHK) atau bergabung ke posisi baru di divisi lain di Grab Indonesia.  

Baca Juga: PHK di Perusahaan Teknologi, Baik untuk Mitra dan Ekosistem

Secara umum, Neneng melihat meski ekonomi global dibayangi sentimen resesi, sejauh ini Grab melihat kondisi di Indonesia masih baik di tahun depan. Dia menilai dari sisi bisnis masih banyak peluang yang belum tergarap.

“Meski efek pandemi itu berat sekali tetapi itu juga memberikan dampak positif karena mengakselarasi digitalisasi,” ujarnya. 

Salah satu inovasi yang dilahirkan Grab Indonesia di masa-masa sulit ketika pandemi ialah Grab Mart yang merupakan layanan pengiriman barang kebutuhan sehari-hari (groceries). Neneng mengungkapkan, saat ini pihaknya telah merangkul 5.200 pasar tradisional. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie