Layani devisa pebisnis China, Bank CCB Indonesia antisipasi pergerakan kurs rupiah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada Mei 2018 lalu, bisa dibilang merupakan tahun yang berat untuk rupiah. Berdasarakan kurs JISDOR Bank Indonesia (BI) sepanjang 8 Mei 2018-24 Mei 2018 nilai tukar rupiah terhadap USD sudah menembus Rp 14.000.

Fluktuasi rupiah ini terjadi sampai saat ini. Berdasarakan dari RTI hari ini (4/6) sampai pukul 08.37 WIB, nilai tukar rupiah tercatat Rp 13.862 per USD.

Dengan fluktuatifnya rupiah ini, bagaimana efeknya ke bisnis treasury perbankan?


Junianto, Direktur CCB Indonesia bilang saat ini bank hanya portofolio valas 9,8%-10%.

"Di kami portotolio USD tidak terlalu besar," kata Junianto, Rabu (30/5). Selain itu, CCB Indonesia sudah memperkirakan efek dari pelemahan rupiah ini.

Terkait pelemahan rupiah ini, bank memastikan pendapatan debitur sama dengan pinjaman yang akan diajukan. Sebagai gambaran saja, saat ini kontribusi busnis treasury ke pendapatan CCB Indonesia sebesar US$ 1 juta atau Rp 13,8 miliar.

Sedangkan untuk transaksi valas di CCB Indonesia cukup besar yaitu mencapai US$ 400 juta atau Rp 5,5 triliun.

You Wen Nan, Direktur Utama CCB Indonesia bilang menjelaskan bisnis treasury CCB Indonesia merupakan peninggalan dari Bank Windu. Hal ini karena, CCB Indonesia merupakan merger antara Bank Windu Kentjana International dengan Bank Antar Daerah.

"Kareka kami adalah bank dari China, maka kelebihan kami adalah bisa menyediakan layanan treasury yang sesuai keinginan pebisnis Tiongkok," kata You Wen Nan dalam kesempatan yang sama.

Lantaran potensi bisnis ini cukup besar, You Wen Nan mengaku juga harus hati-hati. Fluktuasi kurs bisa mempengaruhi bisnis ke depan. Bank menyediakan layanan hedging baik foward, future baik jangka pendek maupun menengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia