JAKARTA.Kelompok Bank Campuran dihantui krisis likuiditas akibat deratnya penyaluran kredit dan rendahnya pengumpulan dana pihak ketiga. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per April 2014, tingkat intermediasi atawa loan to deposit ratio (LDR) bank Campuran mencapai 127,58%. Angka ini naik dibandingkan LDR tahun sebelumnya sebesar 115,10%.Hingga April lalu Bank Campuran telah menyalurkan kredit Rp 163,89 triliun atau meningkat 23,3% dari tahun 2013. Adapun DPK Bank tumbuh 11,08% jadi Rp 158,18 triliun.Menurut Ryan Kiryanto, pengamat perbankan, LDR di atas 100% memang mengindikasikan likuiditas yang ketat. Namun ia menekankan agar tak buru-buru menilai terjadi kondisi likuiditas ketat di kelompok Bank Campuran "Harus dicermati dulu komponen DPK dari bank tersebut, siapa tahu sebagian adalah instrumen surat utang yg diterbitkan seperti obligasi, notes, dan sebagainya," kata Ryan pada KONTAN, Kamis, (10/7).Ryan menegaskan Jika ada instrumen surat utangnya dalam jangka waktu tertentu, LDR di atas 100% tidak menjadi masalah. Yang penting likuiditas harian bisa dijaga baik untuk primary reserve maupun secondary reserve-nya. "Juga akan lebih baik jika rasio LDR disesuaikan dengan arahan BI (maksimal 92%) misalnya dengan menggali dana masyarakat seoptimal mungkin seraya menahan penyaluran kredit," pungkas pria yang menjadi Ekonom BNI tersebut.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
LDR Bank Campuran Makin Meroket
JAKARTA.Kelompok Bank Campuran dihantui krisis likuiditas akibat deratnya penyaluran kredit dan rendahnya pengumpulan dana pihak ketiga. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per April 2014, tingkat intermediasi atawa loan to deposit ratio (LDR) bank Campuran mencapai 127,58%. Angka ini naik dibandingkan LDR tahun sebelumnya sebesar 115,10%.Hingga April lalu Bank Campuran telah menyalurkan kredit Rp 163,89 triliun atau meningkat 23,3% dari tahun 2013. Adapun DPK Bank tumbuh 11,08% jadi Rp 158,18 triliun.Menurut Ryan Kiryanto, pengamat perbankan, LDR di atas 100% memang mengindikasikan likuiditas yang ketat. Namun ia menekankan agar tak buru-buru menilai terjadi kondisi likuiditas ketat di kelompok Bank Campuran "Harus dicermati dulu komponen DPK dari bank tersebut, siapa tahu sebagian adalah instrumen surat utang yg diterbitkan seperti obligasi, notes, dan sebagainya," kata Ryan pada KONTAN, Kamis, (10/7).Ryan menegaskan Jika ada instrumen surat utangnya dalam jangka waktu tertentu, LDR di atas 100% tidak menjadi masalah. Yang penting likuiditas harian bisa dijaga baik untuk primary reserve maupun secondary reserve-nya. "Juga akan lebih baik jika rasio LDR disesuaikan dengan arahan BI (maksimal 92%) misalnya dengan menggali dana masyarakat seoptimal mungkin seraya menahan penyaluran kredit," pungkas pria yang menjadi Ekonom BNI tersebut.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News