JAKARTA. Banyak yang bilang, turunnya harga komoditas pertambangan dan perkebunan berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan alat-alat berat alias
leasing. Tetapi ternyata, banyak faktor yang menyebabkan penurunan tersebut.Memang, data statistik pembiayaan leasing alat-alat berat Bank Indonesia (BI) menunjukkan adanya penurunan. Posisi
outstanding kredit leasing per Juni 2008 sebesar Rp 40,38 triliun. Kemudian pada akhir Juli 2008, terjadi penurunan sekitar Rp 1,48 triliun menjadi Rp 38,9 triliun.Menurut Direktur Utama PT Buana Finance Eko Santoso Budianto, penurunan itu terjadi karena bunga leasing dari perusahaan multifinance mulai mengalami kenaikan. "Kalau di Buana Finance, suku bunga
leasing sebelum Juni 2008 masih bertahan di sekitar 17%. Kemudian naik ke kisaran 19% sampai 19,5%," tuturnya hari ini.
Hal ini membuat perusahaan eksplorasi pertambangan dan perkebunan mencari sumber pendanaan lain untuk kegiatan modal kerja dan investasinya, termasuk perbankan. Eko mengakui, ada sedikit penurunan yang dirasakan oleh Buana Finance ketika suku bunga leasing merangkak naik. Apalagi sumber pendanaan
joint financing dengan perbankan pun bergerak naik suku bunganya. Namun menjelang September ini, Eko mengatakan ada peningkatan pengucuran kredit
leasing di Buana Finance. "Ada semacam pelimpahan klien ke multifinance karena mereka sulit untuk mendapatkan pinjaman dari perbankan," tutur Eko. Ini terjadi karena ada kesulitan likuiditas di perbankan. Tahun ini, Buana Finance menargetkan pengucuran kredit dapat mencapai Rp 1,6 triliun. Tapi karena suku bunga kredit terus mengalami kenaikan, Eko memprediksi kucuran kredit hanya akan sampai di Rp 1,5 triliun. Tingkat likuiditas ikut berpengaruh Sedangkan Presiden Direktur PT Surya Artha Nusantara Finance (SAN Finance) Susilo Sudjono menilai, penurunan harga komoditas saat ini belum berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan
leasing. Hal tersebut bisa terjadi karena pengusaha pertambangan dan perkebunan sudah meneken komitmen perdagangan dengan harga kontrak. "Jadi, meskipun harga komoditas turun, tidak berpengaruh dengan penyaluran kredit leasing," tutur Susilo, Senin (29/9). Susilo melanjutkan, jika memang harga komoditas misalnya batubara terus turun, maka pengaruh tersebut baru akan terasa di bulan November atau Desember nanti. Sedangkan untuk perkebunan, penurunan permintaan karena biaya operasional saat ini naik tinggi. “Kenaikan biaya operasional tersebut karena terjadi kenaikan harga pupuk,” ungkapnya. Meski demikian, Susilo mengakui, saat ini memang ada penurunan penyaluran. Tetapi penurunan tersebut diakibatkan karena kesulitan likuiditas yang dialami oleh perbankan selama dua bulan ini. Hal tersebut yang lantas mempengaruhi penyaluran kredit modal kerja dan investasi yang kemudian ikut mengalami penurunan. “Akibatnya, tentu saja perusahaan tersebut sulit mengembangkan usahanya dan tentu saja permintaan akan pembiayaan kepada perusahaan
leasing pun juga ikut turun. Di tempat kami penurunannya bisa sampai 30%," papar Susilo.
Meskipun di terjadi penurunan permintaan, tapi jika dibandingkan dengan tahun lalu, penyaluran pembiayaan di SAN Finance justru mengalami kenaikan sekitar 20%. Sepanjang tahun ini SAN finance memproyeksikan dapat menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 2,1 triliun. Sedangkan hingga akhir Agusus kemarin, mereka sudah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 1,8 triliun. "Kami optimis satu kuartal ini target tersebut dapat tercapai," kata Susilo. Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia Dennis Firmansjah juga menampik harga komoditas ikut mempengaruhi pertumbuhan pengucuran kredit untuk leasing. "Bagaimanapun, barang tambang adalah sumber daya yang sangat diperlukan, sehingga eksplorasi tidak akan berhenti. Dampak dari penurunan harga komoditas hanya akan berdampak kepada semakin tipisnya margin keuntungan," tambah Dennis. Oleh karena itu, Dennis optimistis pertumbuhan kredit
leasing tahun ini masih bisa mencapai minimal 10% sampai 15% dari
outstanding tahun lalu. Sampai akhir tahun 2007,
outstanding kredit
leasing multifinance mencapai Rp 36,5 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie